Judul : Dinasti Shafawi: Syi'ahisasi Iran dengan kekerasan
link : Dinasti Shafawi: Syi'ahisasi Iran dengan kekerasan
Dinasti Shafawi: Syi'ahisasi Iran dengan kekerasan
Lambang dinasti Shafawi |
Persia di masa lalu adalah sebuah imperium adidaya bersama Romawi di kawasan itu. Namun di era Khalifah Umar bin Khattab, imperium Persia hancur lebur tak bersisa, diganti dengan peradaban Islam.
Awal mula Dinasti Shafawi
Tradisi keagamaan mulai berubah pada masa Dinasti Ilkhan (Mongol), setelah Baghdad ditaklukkan oleh bangsa mereka pada tahun 1258 dalam sebuah peristiwa pembantaian besar oleh tentara Hulagu Khan.
Sehingga kekuatan Sunni pasca Abbasiyah makin bergeser dari dominasinya, meski pada era Abbasiyah telah banyak berkembang paham menyimpang, melalui filsafat dan kebatinan.
Peralihan kekuasaan ke Mongol menghasilkan bentuk "toleransi sekte" yang lebih tinggi, sehingga muncul bentuk-bentuk sinkretisme ajaran di bawah kekuasaan mereka.
Diantara aliran keagamaan yang terbentuk pada masa itu adalah pendekatan sinkretisme Sunni-Syiah. Sebenarnya telah ada sebelum masa kekuasaan Mongol, namun keberadaanya terbatas di kelompok-kelompok Sufi-filsafat saja.
Pada masa itu, mayoritas agama penduduk Persia (Iran) masih menganut Islam Sunni (Ahlusunnah Wal-Jama’ah) dengan mazhab fiqih Syafi’iyah dan sebagian lagi Hanafiyah.
Namun di masa Dinasti Safawiyah (1502-1736) Syi'ah Imamiyah berkembang sangat pesat, yaitu pasca penaklukan Tibriz, Azerbaijan, dan Armenia pada 1500-1502.
Pasukan Shafawi secara perlahan menyebar ke seluruh tanah Persia hingga menaklukkan Khurasan dan Herat di tahun 1510. Keturunan Shafawi adalah orang-orang Syi'ah yang berdarah Persia.
Dirujuk dari sejarahnya, Tarekat Shafawiyah berasal dari tarekat Sufi yang didirikan oleh Syeikh Safiyuddin Ishaq (1252-1334), seorang Sunni yang bermazhab Syafi’i.
Kemudian kepemimpinan Tarekat Shafawiyah diteruskan oleh anak cucunya, secara berturut-turut yaitu Sadruddin Musa (w. 1391), Khwaja Ali (w. 1429), Ibrahim, Junayd (w. 1460), Haydar (w. 1488), dan Ismail (w. 1524) yang akhirnya mendirikan kerajaan Shafawi.
Abad ke-13 adalah awal tarekat ini mendirikan dinasti politik. Di masa kepemimpinan Junayd dan Haydar, tarekat yang mereka pimpin mulai diubah menjadi gerakan militer dan politik dengan kecondongan ajaran Syi'ah yang cukup menonjol.
Junayd memulai gerakannya dengan menghimpun dan melatih para pengikutnya dari Turki sebagai tentara.
Haydar mengembangkannya lebih jauh, hingga memberi identitas khas pada para pendukung gerakan ini dengan mengenakan peci merah yang disebut sebagai taj-i haydari (peci Haydar).
Junayd dan Haydar tidak berhasil dalam upaya meraih kekuasaan politik. Keduanya terbunuh dalam pertempuran. Obsesi politik tersebut baru berhasil diwujudkan oleh salah seorang putera Haydar yang bernama Ismail.
Penyebaran Syi'ah oleh Dinasti Shafawi
Semasa pemerintahannya, Ismail bersikap sangat keras terhadap masyarakat Sunni.
Pemerintahannya diwarnai oleh pemujaan terhadap Ali dan keturunannya (dua belas Imam Syi'ah), mengkampanyekan penistaan terhadap tiga khalifah sebelum Ali (radhiyallah 'anhu), yaitu Abu Bakar (radhiyallah 'anhu), Umar (radhiyallah 'anhu), dan Utsman (radhiyallah 'anhu), serta upaya luas untuk memberangus Ahlusunnah.
Sepanjang proses penaklukkan, pasukan Ismail menebar teror pada penduduk Sunni dan memaksa mereka melaknat secara terbuka tiga khalifah sebelum Ali.
Kebijakan anti-Sunni ini kelak dilanjutkan oleh para penguasa Safawi berikutnya.
Faktor utama alasan Ismail I menyebarkan Syi'ah di tanah Persia yaitu:
1. Ia dipengaruhi oleh ke-Syi'ahannya
2. kebenciannya kepada Ahlusunnah yang berhasil memusnahkan Dinasti Fathimiyyah di Mesir pada tahun 1171 M
3. Dinasti Utsmaniyah (Turki) yang Sunni adalah musuh bebuyutannya. Tentu saja mayoritas penduduk masih Sunni akan menyulitkan untuk melawan Turki.
Sehingga setelah wilayah Persia ditaklukkan, hal pertama yang dilakukannya adalah menghilangkan ajaran Sunni dari penduduk Iran.
Ia memaksakan seluruh penduduk Persia dengan 2 pilihan, yaitu menganut Syi'ah atau dibunuh.
Bagi yang tidak mau mengikuti ajaran Syi'ah, mereka akan diperangi bahkan dibunuh dengan kejam. Inilah yang membuat jumlah penganut Syi'ah di Iran semakin besar, sementara kaum Sunni tersisa harus menyelamatkan diri dari wilayah kekuasaan Shafawiyah.
Semua dilakukan sebagai upaya mencegah timbulnya pemberontakan dari dalam negeri Persia.
Pemaksaan keyakinan Syi'ah berfungsi sebagai pembentuk identitas unik (ideologi-sosial-politik) bagi Dinasti Shafawi sehingga bisa membangun loyalitas penuh dari penduduk Iran.
Salah satu tokoh agama Syi'ah paling terkenal yang berperan besar menggusur Ahlusunnah dari Persia adalah Mullah Baqir al-Majlisi.
Perlu dicatat, kepastian pertama kali Tarekat Shafawi menganut Syi'ah tulen tidak diketahui dengan pasti sejak masa kepemimpinan siapa.
Tidak ada pula sumber yang menjelaskan penyebab ke-Syi’ahan Ismail, karena saat itu Ismail masih kecil sehingga tidak mengalami pengkaderan dari ayah dan kakeknya yang menganut Syi'ah dan telah tewas.
Penyebaran Syi'ah di negeri Iran secara umum diawali dengan Tarekat Tasawuf yang berubah ke arah syi'ah, serta menjadi gerakan politik dan militer.
Selama masa pemerintahan Dinasti Shafawi perubahan besar demografi membentuk tanah Persia baru menjadi Syiah dimana pengaruhnya terjadi hingga saat ini.
Bahkan Iran modern lewat revolusi yang dilakukan Khomeini pada tahun 1979, telah terbentuk negara teokrasi Syi'ah Imamiyah yang mempengaruhi penganutnya di seluruh dunia. (Hidayatullah/Abr)
Sobat baru saja selesai membaca :
Dinasti Shafawi: Syi'ahisasi Iran dengan kekerasan
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Dinasti Shafawi: Syi'ahisasi Iran dengan kekerasan dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Dinasti Shafawi: Syi'ahisasi Iran dengan kekerasan link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2016/10/dinasti-shafawi-syiahisasi-iran-dengan.html