Judul : Kronologi Masuknya Islam di Nias
link : Kronologi Masuknya Islam di Nias
Baca juga
Kronologi Masuknya Islam di Nias
Catatan Perjalanan Ibnu Hasyim
NIAS atau dalam bahasa Nias diebut Tanö Niha, adalah kepulauan yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia, dan secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Pulau ini merupakan pulau terbesar dan paling maju di antara jejeran pulau-pulau di pantai barat Sumatera, dihuni oleh majoriti suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini memiliki objek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman, fahombo (lompat batu).
Pulau dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk hampir 900.000 jiwa. Agama majoriti di daerah ini adalah Kristen Protestan dimana 90% penduduknya memeluk agama ini, sedangkan sisanya beragama Katolik, Islam, dan Budha. Penduduk yang memeluk agama Islam pada umumnya berada di wilayah pesisir Kepulauan Nias.
Pulau Nias yang sebelumnya adalah hanya 1 kabupaten saja, saat ini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, iaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli.
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 1°6′LU 97°32′BT |
Luas | 4.771 km² |
Negara | |
Indonesia | |
Provinsi | Sumatera Utara |
Kabupaten | Nias, Nias Selatan, Nias Barat,Nias Utar |
Kronologi Masuknya Islam di Nias
Sebagaimana kedatangan Islam di Nusantara, Islam masuk ke P.Nias bukan melalui misi khusus untuk menyebarkan agama, melainkan dibawa oleh para pendatang ke P.Nias baik yang berdagang maupun yang menetap disana.
Meskipun Islam telah terlebih dahulu masuk ke P.Nias, namun pada perkembanganya tidak sepesat agama Kristen yang disebarkan dalam misi khusus oleh para misionaris.
Umumnya masyarakat asli Nias yang masuk Islam adalah karena kesadaran sendiri atau karena ikatan perkawinan dengan para pendatang yang beragama Islam.
Menurut hemat kami, ada beberapa faktor kemungkinan kurang pesatnya Islam berkembang di Nias pada masa itu, antara lain:
Drs. Suady Husin: Suatu Tinjauan Tentang Ada Perkawinan dan Warisan Pada Masyarakat Islam di Nias Pesisir, Fakultas Ilmu Sosial IKIP Medan Tahun 1976.
Meskipun Islam telah terlebih dahulu masuk ke P.Nias, namun pada perkembanganya tidak sepesat agama Kristen yang disebarkan dalam misi khusus oleh para misionaris.
Umumnya masyarakat asli Nias yang masuk Islam adalah karena kesadaran sendiri atau karena ikatan perkawinan dengan para pendatang yang beragama Islam.
Menurut hemat kami, ada beberapa faktor kemungkinan kurang pesatnya Islam berkembang di Nias pada masa itu, antara lain:
- Para pendatang ini memang bukan datang untuk menyebarkan agama.
- Kemungkinan karena mereka telah menjalin hubungan yang baik dengan para penguasa setempat, mereka memilih untuk tetap memelihara hubungan baik yang telah terjalin tanpa mengintervensi adat dan kepercayaan penduduk setempat. Apalagi setelah adanya kesepakatan/ pemberian wilayah kekuasaan bagi para pendatang dengan penguasa setempat.
- Kondisi alam yang pada waktu itu masih berupa hutan rimba sehingga membuat akses yang sulit ke pedalaman dan pegunungan dimana kebanyakan penduduk asli tinggal.
- Masyarakat setempat yang biasa beternak babi membuat para pendatang beragama Islam sulit berasimilasi dengan penduduk asli. Hanya penduduk asli yang datang ke perkampungan ummat Islam dan berinteraksi cukup intens dengan para pendatang saja yang akhirnya masuk Islam.
- Ternak babi bagi masyarakat Nias merupakan ternak utama untuk upacara-upacara adat, sehingga sangat wajar jika mereka sulit menerima kepercayaan baru yang mengharamkannya.
- Tahun 858 M. seorang Persia bernama Sulaiman pernah menyinggahi pulau Nias yang dinamakannya denga Pulau Nian. Hal ini telah disebutkan oleh E. Fries dalam bukunya Amoeata Hoelo Nono Niha hal 53. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini.
- Tahun 1624 M. Nias masuk menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (berkuasa dari tahun 1607 s/d 1635).
- Pada tahun 1642(?)/1080 H. orang Aceh di bawah pimpinan Teuku Polem dari Meulaboh tiba di Nias, yang kemudian menetap di kampung Hele Duna Siwulu (sekitar Desa Mudik sekarang).
Keterangan ini diperkuat dalam buku Encyclopedia Van Nederndsch Cost Indie III cetakan kedua, keluarang Martinus Nijhoffe Gravenhage tahun 1915 dalan halaman kedua memuat keterangan seorang Belanda bernama Davidson tentang apa yang dilihatnya sewaktu dia pada tahun 1665 mengelilingi pulau Nias, bahwa orang Melayu terutama Aceh bergaul dengan suku-suku Nias dan bahwa agama yang dibawanya Islam. Islam berpengaruh atas lembaga kebudayaan kerohanian asli orang Nias. - Pada tahun 1111 H. atau sekitar tahun 1690 M. seorang Minangkabau bernama Datuk Raja Ahmad suku Chaniago asal negeri Priangan Padang Panjang telah sampai di Nias, sekitar Teluk Baliku kira-kira 12 Km utara kota Gunungsitoli dan tinggal menetap di Kampung Dalam (sekitar perbatasan Desa Mudik dan Kelurah Ilir sekarang).
- Sekitar tahun 1215 H atau 1794 M dibawah pimpinan Haji Daeng Hafiz (orang Bugis) tinggal dan menetap di Gunungsitoli.
- Sekitar tahun 1810 M. orang Arab di bawah pimpinan Said Abdullah dari Kotaraja Banda Aceh sampai dan menetap di Gunungsitoli.
- Sekitar tahun 1863 M. orang India dibawah pimpinan Mustan Sahib tiba dari Meulaboh dan menetap di Gunungsitoli, setelah sebelumnya tinggal di Singkil.
Drs. Suady Husin: Suatu Tinjauan Tentang Ada Perkawinan dan Warisan Pada Masyarakat Islam di Nias Pesisir, Fakultas Ilmu Sosial IKIP Medan Tahun 1976.
Labels: History/ Sejarah
Natalius Telaumbanua, tersangka penista agama asal Nias, Sumut. (Istimewa)
Pulau Mursala atau Mansalaar Island merupakan pulau terbesar yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Tengah, terletak di sebelah barat daya kota Sibolga dan masuk dalam wilayah Kecamatan Tapian Nauli. Pulau ini berada di antara Pulau Sumatera dan Pulau Nias. Luas Pulau Mursala sekitar 8.000 ha dan dapat ditempuh selama 1 jam menggunakan kapal cepat dari Sibolga, atau sekitar 3 jam jika menggunakan kapal biasa.
Mabes Polri Ringkus Penista Agama Islam di Nias
Lakukan Ujaran Kebencian
Natalius Telaumbanua, tersangka penista agama asal Nias, Sumut. (Istimewa)
JawaPos.com - Direktorat Tindak Pidana Siber (Dirtipidsiber) Polri meringkus Natalius Telaumbanua, pemuda asal Nias, Sumatera Utara (Sumut).
Penangkapan yang berlangsung di Silima Banua RT 03 RW 05, Kelurahan Silima Banua, Kecamatan Tuhemberua, Kabupaten Nias Utara, karena dia melakukan ujaran kebencian di media sosial.
Direktur Siber Polri Brigjen Fadil Imran menuturkan, pelaku ditangkap pada Kamis (20/4) malam sekira pukul 20.00 WIB. "Kini yang bersangkutan sudah dibawa ke Bareskrim," kata Fadil, Jumat (21/4).
Pelaku ditangkap lantaran memposting ujaran kebencian melaui akun Facebook milik Hendri Agustinus Telaumbanua yang sudah tak digunakan sejak Februari 2017 lalu.
Pelaku, kata Fadil, menjelek-jelekan Nabi Muhammad SAW di dalam grup Facebook yang bernama "Debat Islam vs Kristen Mencari Kebenaran".
"Atas perbuatannya kami kenakan Pasal 28 ayat 2 undang-undang ITE terkait penyebaran kebencian berbasis SARA di dunia maya," sambungnya.
Proses penangkapan Natalius ini dipimpin langsung oleh Kasubdit II Dit Siber Polri Kombes Himawan Bayu Aji. Dari penangkapan itu, petugas mengamankan sebuah telepon genggam merek Advan S4T.
Kini pelaku dan barang bukti sudah dibawa ke Bareskrim Polri untuk diperiksa lebih lanjut terkait apa motif pelaku sehingga berani memposting ujaran kebencian tersebut.
Lebih lanjut mantan Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Wadirtipideksus) Bareskrim Polri ini menuturkan, pihaknya kini masih melacak akun-akun di media sosial yang tergolong melakukan ujaran kebencian. Bagi pelaku tersebut nantinya segera ditindak hukum. "Penindakan hukum sebagai dasar dan upaya penegakkan etika dalam beraktivitas di dunia maya," pungkas dia. (elf/JPG)
Keanggunan Muslim Nias (1)
Diperkenalkan perantau Aceh dan Minangkabau, Islam berkembang selaras tradisi Nias.
Di muka rumah Bupati KDH Tingkat II Kabupaten Nias dan Masjid Jami’ Mudik, Kota Gunungsitoli bisa kita temui dua meriam yang dibawa T Simeugang , Datuk Ahmad dan Acah Harefa , keturunan Teuke Polem dari Aceh yang mengenalkan Islam di Nias pada abad ke 17, dua abad sebelum Belanda menginjakkan kaki di Nias. Ada belasan masjid dan musala di Gunungsitoli (dibandingkan tempat peribadatan kaum Nasrani yang berjumlah lebih dari 30 gereja), menunjukkan kehidupan beragama di kota ini berlangsung anggun.
Syiar Islam di Nias bermula ketika Teuku Polem, berlayar ke selatan Sumatra pada tahun 1642. Putra sulung Teuku Cik, kepala pemerintahan Aceh Barat ini datang di Nias di muara Luaha Laraga Idano dan disambut baik warga setempat, Balugu Harimao. Setahun kemudian, Teuku Polem menikah dengan Bowo’ana’a, putri Balugu Haimao. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Bowo’ana’a menjadi orang Nias pertama yang memeluk Islam. Tak lama, kerabatnya Acah Herefa juga masuk Islam. Keturunannya tinggal di Kampung Miga, Ori Tabaloho Dahana, Kecamatan Gunungsitoli. Keturunan saudara yang lain, Kehomo Harefa tinggal di Kampung Mudik, Gunungsitoli dan sebagian di Sifahandro, Kecamatan Tuhemberua.
Siti Zohora, putri Teuku Polem, dinikahkan dengan Datuk Ahmad, bangsawan dari Padang Pariaman, pada 1690. Keturunannya tinggal di Hele Duna yang terus berkembang hingga dikenal sebagai Mudik. Berhubungan dan kawin mawin dengan penduduk asli Nias. Anak cucu Datuk Ahmad ada yang tinggal di Kelurahan Ilir, Kampung Baru, Gunungsitoli.
Kampung Islam, Ilir dan Mudik berkembang sepanjang sungai Kali Nou, meneruskan tradisi kesultanan. Raja Sulaeman (1755-1790) mengadakan pesta adat (owasa) pada 1756. Belanda masuk ke Nias pada tahun 1840 dan tiga tahun kemudian mengangkat Datuk Rajo Bendahara di Mudik dan penerusnya tetap mengadakan owasa hingga Raja Muhd Aiyub (1896-1920). Sejak itu, jabatan raja Mudik dihapus dan diganti dengan sebutan Sawala (kepala kampung).
(Dimuat di Natonal Geographic TRAVELER, Oktober 2010)
Lebih lanjut mantan Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Wadirtipideksus) Bareskrim Polri ini menuturkan, pihaknya kini masih melacak akun-akun di media sosial yang tergolong melakukan ujaran kebencian. Bagi pelaku tersebut nantinya segera ditindak hukum. "Penindakan hukum sebagai dasar dan upaya penegakkan etika dalam beraktivitas di dunia maya," pungkas dia. (elf/JPG)
Pesona Pulau Mursala, Tempat Syuting Film KING KONG di Tapanuli
Pulau Mursala atau Mansalaar Island merupakan pulau terbesar yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Tengah, terletak di sebelah barat daya kota Sibolga dan masuk dalam wilayah Kecamatan Tapian Nauli. Pulau ini berada di antara Pulau Sumatera dan Pulau Nias. Luas Pulau Mursala sekitar 8.000 ha dan dapat ditempuh selama 1 jam menggunakan kapal cepat dari Sibolga, atau sekitar 3 jam jika menggunakan kapal biasa.
Di dalam pulau ini ada air terjun yang sangat unik, yaiut Ari Terjun Mursala. Air terjun ini memiliki rasa tawar dan asin.Air terjun Pulau Mursala merupakan salah satu dari sedikit air terjun di dunia yang langsung masuk ke laut.
Di balik pesonanya, ternyata air terjun Pulau Mursala ini juga memiliki legenda tersendiri yang berkembang di masyarakat sekitar. Konon, air terjun ini merupakan tempat bermain seorang putri cantik bernama Putri Runduk. Putri Runduk memiliki kolam tempat mandi di atas air terjun dari mana air terjun ini mengalir. Well, siapa itu Putri Runduk? Menurut cerita , Putri Runduk adalah permaisuri Raja Jayadana yang memerintah Kota Kerajaan Barus Raya, sebuah kerajaan Islam di wilayah Sumatera Utara pada abad ke-7 M. Putri Runduk memiliki paras yang cantik rupawan sehingga termahsyur sampai ke luar kerajaan.
Disebutkan bahwa Raja Sanjaya dari Mataram dan Raja Janggi dari Sudan, Afrika pun tertarik dengan kecantikan sang Putri. Putri Runduk bisa sampai di Pulau Mursala karena melarikan diri dari negerinya yang sudah porak poranda akibat diserang dan dikuasai oleh Raja Sanjaya, yang kemudian direbut oleh Raja Janggi. Suaminya terbunuh dan Putri Runduk tidak mau dinikahi oleh Raja Sanjaya, di antaranya karena perbedaan agama (Putri Runduk beragama Islam sedang Raja Sanjaya beragama Hindu). Dikisahkan pula bahwa sang Putri menceburkan diri ke laut saat dikejar Raja Janggi, lalu hilang.
Keunikan lain yang dimiliki air terjun pulau mursala ini adalah bahwa air terjun ini berasal dari aliran sungai terpendek di dunia. Selain itu keindahan alam Indonesia menarik hati para pembuat film Hollywood untuk menggunakannya sebagai lokasi syuting, salah satunya film King Kong (2005). Film ini mengambil lokasi di Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara, yang menggambarkan pulau ini sebagai tempat mengerikan yang penuh hewan-hewan purba.
Source : http://ift.tt/2qNBFjs
Diposkan oleh Recky Fraleo di 3:14 PM
Orang Juga Menyukai
Bersihakan Nias dari ISLAM
1 Agustus 2014 ·
MARI BERSATU MENGUSIR ISLAM SEKARANG DARI PULAU NIAS...!!!
I S I S = FPI : adalah Bentukan baru FORUM ISLAM IRAK SURIAH
Yang sudah Menjalar sampai Indonesia ( JAKARTA,, JAWA TENGAH,, SOLO) yang Siap MATI SAHID apabila mereka membela AGAMA ISLAM dan BERPERANG DI JALAN ALLOH serta Membantu ALLOH ISLAM untk membasmi KAUM KAFIR (KRISTEN) di seluruh dunia yg kelak akan mendeklarasikan diri mereka sebagai NEGARA ISLAM YANG TAUHID......Lihat Selengkapnya
Komentar
Bersihakan Nias dari ISLAM
21 Juli 2014 ·
PERDANA MENTERI PERTAHANAN ISRAEL BERSUMPAH...
Bahwa Ianya tidak akan berhenti membasmi HAMAS dari PALESTINA...
Aku DUKUNG 100%...!!!
Komentar
Kiriman
Bersihakan Nias dari ISLAM
16 Juli 2014 ·
ISRAEL vs HAMAS-PALESTINE......BUKAN PERANG SAYA....!!!
INDONESIA mengumpulkan dana (UANG) dari seluruh penjuru NEGERI...
Dengan alasan BANTUAN KEMANUSIAAN... Hal ini Perlu kita antisipasi karna SESUNGGUHNYA dana kemanusiaan yang dimaksdud tersebut (UANG) itu adalah UNTUK MEMBANTU KELOMPOK HAMAS-PALESTINE agar bisa MEMBELI ROKET (BOM PENGHANCUR) yang nilainya sekitar US$ 5.000 atau setara dengan Rp. 5.000.000. per ROKET dalam menggempur ISRAEL......Lihat Selengkapnya
Komentar
Bersihakan Nias dari ISLAM
13 Juli 2014 ·
Seluruh Umat ISLAM Se DUNIA berkumpul dan mengecam ISRAEL...Termasuk Indonesia yang paling panas dan terbakar jenggotnya,,, Tak apa ISLAM yg di Pulau Nias, mereka cenderung diam dan sok alim padahal dalam hati menggebu serasa meledak.
Umat Kristen di Indonesia akan terancam khususnya di Pulau Jawa,, Padang dan Aceh....
Apa yang harus kuperbuat....???...Lihat Selengkapnya
Komentar
Bersihakan Nias dari ISLAM
11 Juli 2014 ·
SEMOGA BERTAHAN BANGSA PILIHAN TUHAN = ISRAEL...AMIN..!!!
HAMAS adalah sekelompok pemberontak ANTI YAHUDI (Kalau di INDONESIA sama dengan FPI = FRONT PEMBELA ISLAM- INDONESIA) yang ingin menghancurkan Bangsa Israel dan menduduki TANAH SUCI (YERUSALEM,BETLEHEM) dan beberapa daerah disekitarnya. Kelompok ini yang menghalalkan pembunuhan dalam JIHAD.
JIHAD adalah PERANG yang dilakukan apabila para pejuang mati,, maka disebut sebagai MATII SAHID dan MASUK SORGA.
Tapi, ANEHNYA In...Lihat Selengkapnya
Komentar
Bersihakan Nias dari ISLAM
10 Juli 2014 ·
ISRAE vs PALESTINE..................
ISRAEL di Kecam dan di Kutuk olh DUNIA
Khususnya NEGARA ISLAM dan termasuk INDONESIA sebgai Negara Terbesar Islam Dunia....
FRONT PEMBELA ISLAM INDONESIA) Tak pernak di Bubabarkan olh Pemerintah Indonesia sendiri,, sehingga Umat Nasrnani Hampir terancam di seluruh wilayah Indonesia......Lihat Selengkapnya
Komentar
Bersihakan Nias dari ISLAM memperbarui foto sampulnya.
Komentar
Bersihakan Nias dari ISLAM memperbarui foto profilnya.
Komentar
Sobat baru saja selesai membaca :
Kronologi Masuknya Islam di Nias
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Kronologi Masuknya Islam di Nias dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Kronologi Masuknya Islam di Nias link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/05/kronologi-masuknya-islam-di-nias.html
m pesan ke Halaman ini, pelajari tentang acara yang akan datang, dan lainnya.
Masuk
atau
DaftarLain Kali
Gerakan
Forum ini ada sebuah antisipasi bagi kaum Pemuda dalam pembersihan Terorist dan Islam dari Kepulauan Nias
174 orang menyukai ini
TentangLihat Semua
Gerakan
Orang
174 suka
Kiriman Pengunjung