Judul : Kisahku, Perang &P/Kelabang Wanita Sihir. (2)
link : Kisahku, Perang &P/Kelabang Wanita Sihir. (2)
Kisahku, Perang &P/Kelabang Wanita Sihir. (2)
CATATAN PERJALANAN IBNU HASYIM
Kisahku, Ingin Pulang Tetapi..
[Dua bulan berselang aden hidup di tengah masyarakat Dayak, dengan kehidupan yang serba primitif dan berkali-kali menangis karena tak tahan dengan keterasingan yang melanda. Namun disisi lain, aden merasa sangat dihormati dan dilayani bak seorang raja.
"Datuk, memangnya ada apakah di luar sana hingga ulun kada dibulihakan bulik?" tanya aden suatu hari.
"Suku kami sedang ada perang, di luar, suku kami sedang diganggunya, kami sedang baku bunuh dengan, tetaplah di sini, ikam aman kala, kaina ikam jua mahu kami bulikakan jua?"
"Perang.....?"
"Hi'ih" (iya)
"Kenapa ulun kada dibunuhnya Datuk?"
"Ikam lain nang kami cari."
"Ikam lain nang kami cari."
"Apa masalahnya Datuk?"
"Mustinya ketika ikam di mana bumi berpijak langit nang ikam junjung, mun pun ikam nang macam-macam kaya bubuhannya, ikam nang kami timpas, kami bunuhnya" (Jika pun kamu yang macam2 sama kami, tentunya kamu yang kami tebas, kami bunuh).
Jawaban-jawaban Datuk Maluna cukup singkat dan penuh makna, aden menyimpulkan bahawa, di mana pun kita singgah, harus menghormati adat istiadat setempat kalo mau selamat.
"Kapan, ulun kawa bulik Datuk?" (Bila saya bisa pulang Datuk?"
"Kaina mun sudah habis musuh kami bunuhnya."
Tiga Bulan Sesudah itu..
Datuk Maluna dan Alban serta kawan-kawan dan puluhan warga suku mengadakan upacara kepulangan aden. Tak terasa air mata menetes di pipi, betapa terharu aden mendapat suatu perlakuan yang teramat sangat berlebih menurut aden.
Tapi itulah mereka, aden salut. Diberinya aden sebuah kalung adat dan sebuah Mandau Batu (pedang sepanjang satu meter yang bersifat elastis dan sangat tajam hingga mampu memutuskan paku yang ditancapkan pada sebatang kayu). Berhias rumbai-rumbai dari tulang-tulang kecil, hmmm.. Sangat indah.
Diantarnya aden ketepi sungai pada sebuah sampan yang berjejer, lambaian tangan dari warga suku laki-laki dan perempuan membuat airmata aden kembali berlinang haru. Diiringi tiga sampan aden dibawa menyusuri sungai yang cukup panjang. Di sepanjang menyusuri sungai, aden selalu mendengar kicauan burung-burung yang bercicit dengan suara indah.
Namun aden merasa aneh, sepanjang sungai kicauan burung itu selalu saja terdengar seperti terus mengikutinya. Kurang lebih dua jam berselang kami tanpa obrolan, namun dengan rasa penasaran akan suara burung yang terus mengikuti itu, aden pun membuka obrolan dengan bertanya pada Alban..
"Utuh, suara burung apa itu kah, kaya nang mangikuti haja lawan ulun?'
(Abang suara burung apakah itu, yang seperti terus mengikutiku?).
"Itu lain burung mas, tapi kawan ulun"
Lalu Alban mengambil semacam peluit yang terbuat dari semacam bambu kecil dari dalam kantong kecil di pinggangnya dan segera meniupnya, sangat indah suara tiupan dari mulut Alban dan sama persis bunyinya seperti yang ada di atas pohon-pohon itu.
Sejenak Alban menujukkan telunjuknya ke atas pohon di pinggir sungai, aden tersenyum, nampak seseorang sedang bertengger di atas dahan dengan busur panah dan lengkap dengan gendongan anak panahnya, seraya melambaikan tangannya.
Aden menyimpulkan, betapa banyak para peniup itu, sepanjang pesisir sungai yang aden lalui. Tidak terlihat. hmmm benar-benar persembunyian yang sangat sempurna, kata aden dalam hati. Menjelang sore sampan berhenti sejenak di pinggiran sungai untuk sekedar istirahat.
Aden diperlihatkan sebuah pohon cabe raksasa yang menakjubkan. Nampak sama persis dengan pohon cabe berukuran sangat besar, rimbun dan penuh dengan buah cabenya yang ranum dan berbuah sangat lebat hampir sama banyak dengan dedaunannya.
Cabai sekadar hiasan.
Ditengah kekagumanya aden bertanya kepada Alban, "Wah, hebat sekali, bujur itu adalah pohon cabe kah, aneh, kayapa pang kawa kaya itu????"
"Bujur, itu pohon cabe, tapi cabe nang kada kawa dimakan mas, itu buah cabe beracun, monyet jua kada mahu mamakannya, mun dimakannya ikam kawa mati". Jelasnya.
Sepanjang malam aden berenam kembali berlayar menyusuri sungai,
hingga tertidur. Hingga pagi hari aden terbangun karena mendengar panggilan Alban, memberitahukan bahawa jika ingin melihat sebuah pulau ajaib bangunlah.


Tentu saja ketika beraktivitas di sungai para perempuan tidaklah dengan pakaian resmi dan lengkap. Hanya dengan sehelai kain sarung yang dipakai sebagai pembungkus tubuh mereka melakukan kegiatan mencuci dan mandi.
hingga tertidur. Hingga pagi hari aden terbangun karena mendengar panggilan Alban, memberitahukan bahawa jika ingin melihat sebuah pulau ajaib bangunlah.
Aden diperlihatkan sebuah pulau kecil nun berjarak lumayan jauh, namun masih nampak bentuk-bentuk pohonnya. Nampak pula beberapa orang wanita yang berdiri memandangi kami meski jaraknya lumayan jauh. Alban dan kawan-kawan segera berdialog dengan bahasa Dayak yang aden tak mengerti.
Diberitahukan bahawa itu adalah sebuah pulau aneh yang angker serta ajaib, karena hanya bisa muncul dan terlihat setiap sembilan bulan sekali. Sebuah pulau yang dihuni oleh semua penduduknya wanita. Konon katanya, jika ada laki-laki yang berani singgah ke sana, tidak akan selamat alias dicincang-cincang dan dimakan oleh para wanita itu.
Hmmm aden penasaran akan hal yang satu ini.
Sekor kelabang di tangan..
Menurut Alban, pulau itu bernama Pulau Kelabang. Dinamakan kelabang karena bentuk pulau yang memanjang dan nampak bergerigi dan berbentuk seperti seekor kelabang jika dilihat dari atas udara.. Dan dihuni oleh para wanita sihir. Mereka akan menjadikan laki-laki yang kebetulan terdampar di sana sebagai pejantan untuk meneruskan keturunannya selama sembilan hari.
Kemudian dibunuh serta dimakan oleh mereka. Lalu wanita-wanita yang berhasil hamil akan menunggu kelahiran anaknya. Konon katanya, jika bayi yang terlahir adalah laki-laki, maka akan langsung dibunuh dan dimakan. Tetapi, jika bayi yang terlahir adalah perempuan maka akan dibiarkan hidup, karena mereka hanya menginginkan jenis kelamin perempuan saja.
Sampailah aden pada sebuah ceruk sungai pada sore harinya lagi, dan menginap di sebuah perkampungan kecil yang di huni sekitar lima belas orang saja. Semuanya laki-laki, dipondokkan kecil aden tertidur hingga pagi bersama Alban.
Hingga pagi harinya aden melakukan perjalan menyusuri hutan hingga sekitar jam dua siang. Sampailah aden disebuah pangkalan ojeg dan diantarnya hingga ke daerah yang bernama Kereng Pange. Sepanjang perjalanan ojeg, aden menyaksikan hampir seluruh kampung telah hancur berantakan, dan bekas rumah-rumah terbakar di mana-mana. Hmm Kalimantan membara, ucap aden dalam hati.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, Aden sangat lega dapat berkumpul dengan seorang sahabat sesama suku, dan langsung dibelikan tiket kapal menuju Pulau Jawa. Esok harinya, aden menuju Pelabuhan Sampit dan menunggu kapal datang. Tak terduga, beberapa menit dalam labuhan kapal, petugas kapal mengadakan razia senjata tajam.
Seluruh barang-barang bawaan penumpang digeledah, dan barang siapa ketahuan membawa senjata tajam ke atas kapal maka ditangkapnya. Menyadari hal itu, aden bertindak cepat. Cepat-cepat aden mengambil Mandau pemberian Datuk Maluna dan aden membawanya berlari keluar kapal dan dengan perasaan sedih tak menentu, aden membuangnya ke laut.
Maafkan ulun Datuk, Mandaunya ulun buang... hikz.. Dan yang tersisa hanyalah sebuah kalung antik yang hingga kini aden simpan sebagai kenang-kenangan. Sampailah aden di tanah Jawa dengan selamat.
Demikian sahabat, sebuah kisah yang aden alami di Pulau Kalimantan pada tahun 2001, dan sulit untuk terlupa. Terima kasih sudah sudi menyimak. Dan aden tegaskan bahawa ini hanya sebuah kisah. Isi di dalamnya perihal MB (minyak bintang), aden tidak menyarankan untuk mempercayainya.
Semuanya terserah kesimpulan anda, tetaplah dalam keteguhan iman dan Islam. Laa haulaa walaa quwwata ilaabillaah..]
Begitu, Ishaqul Huda menulis untuk Remaja Sampit di bawah tajuk "Minyak Bintang'' dan Kisah Ku di Sampit, Kampung Dayak Kalimantan Tengah.
Kesimpulan:
Dari saya (Ibnu Hasyim), kepada sahabat-sahabat pembaca yang dihormati....
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah bersifat syumul, lengkap dan sempurna. Islam ditanzilkan oleh Allah SWT adalah untuk semua bangsa di dunia ini, termasuk Dayak, Melayu, Madura dan lain-lain. Walaupun Islam diturunkan di negara Arab, bahasa al-Quran dan hadis adalah bahasa Arab tetapi ini bukan bermakna Islam hanya mengutamakan bangsa Arab sahaja.
Islam datang menyatukan semua bangsa, walaupun berlainan bahasa, perbezaan warna kulit dan keturunan. Islam tidak pernah mengagongkan satu-satu bangsa dan menganggap bahawa semua bangsa adalah sama kerana orang yang paling mulia dikalangan manusia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Begitu, Ishaqul Huda menulis untuk Remaja Sampit di bawah tajuk "Minyak Bintang'' dan Kisah Ku di Sampit, Kampung Dayak Kalimantan Tengah.
Kesimpulan:
Dari saya (Ibnu Hasyim), kepada sahabat-sahabat pembaca yang dihormati....
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah bersifat syumul, lengkap dan sempurna. Islam ditanzilkan oleh Allah SWT adalah untuk semua bangsa di dunia ini, termasuk Dayak, Melayu, Madura dan lain-lain. Walaupun Islam diturunkan di negara Arab, bahasa al-Quran dan hadis adalah bahasa Arab tetapi ini bukan bermakna Islam hanya mengutamakan bangsa Arab sahaja.
Islam datang menyatukan semua bangsa, walaupun berlainan bahasa, perbezaan warna kulit dan keturunan. Islam tidak pernah mengagongkan satu-satu bangsa dan menganggap bahawa semua bangsa adalah sama kerana orang yang paling mulia dikalangan manusia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Catatan Perjalanan Ibnu Hasyim,
Sobat baru saja selesai membaca :
Kisahku, Perang &P/Kelabang Wanita Sihir. (2)
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Kisahku, Perang &P/Kelabang Wanita Sihir. (2) dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Kisahku, Perang &P/Kelabang Wanita Sihir. (2) link yang gunakan: http://cepotpost.blogspot.com/2017/06/kisahku-perang-wanita-sihir-2.html