Judul : Theo Hesegem: Kapolda tak Perlu Minta Maaf, Harusnya Negara yang Minta Maaf
link : Theo Hesegem: Kapolda tak Perlu Minta Maaf, Harusnya Negara yang Minta Maaf
Theo Hesegem: Kapolda tak Perlu Minta Maaf, Harusnya Negara yang Minta Maaf
Masyarakat di Jayawijaya saat menggelar aksi bakar 1.000 lilin untuk para korban di Deiyai - Foto: Islami. |
Hal itu menanggapi komentar Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Pol Boy Rafli Amar, yang minta maaf kepada masyarakat Papua, khususnya keluarga korban yang diduga ditembak anggota Brimob dan polisi di Kampung Oneibo, Distrik Tigi Kabupaten Deiyai, 1 Agustus 2017.
Menurut Theo, hal ini perbuatan negara bukan Kapolda, sehingga Kapolda tak perlu minta maaf kepada masyarakat Deiyai, justru yang seharusnya minta maaf itu negara ini dalam hal ini Presiden.
“Tetapi apakah Presiden akan memberikan rasa keadilan terhadap korban atau tidak, itu yang menjadi pertanyaan,” kata Theo Hesegem, kepada wartawan, usai ikut dalam aksi 1.000 lilin Jayawijaya for Deiyai, Sabtu (5/8/2017) malam.
Menurutnya, kasus Deiyai ini sudah menjadi sorotan dunia internasional. Apalagi setelah adanya tim yang dibentuk negara untuk penyelesaian pelanggaran HAM di Papua, tetapi justru pelanggaran HAM kembali terjadi.
“Kasus Deiyai ini sudah berada di tingkat internasional dan masalah HAM di Papua ini tidak bisa dibendung. Atas kasus ini bukan hanya Papua yang berduka tetapi seluruh dunia berduka, sehingga membuat Indonesia semakin disoroti dunia internasional atas situasi HAM,” tegasnya.
Theo juga menekankan agar senjata yang dimilik TNI dan Polri bukan milik mereka, tetapi milik rakyat untuk melindungi rakyat bukan untuk membunuh rakyat, karena senjata itu dibeli dari uang rakyat.
“Polisi dan TNI adalah alat negara untuk melindungi rakyat, bukan untuk membunuh rakyat. Dampak buruknya kalau tidak segera diselesaikan, maka lambat laun Indonesia akan kehilangan Papua, apalagi dengan kelakuan-kelakuan aparat keamanan di Papua, secara tidak langsung mempercepat situasi politik di Papua,” Theo menegaskan.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Adat Lapago, Angelbert Sorabut, mengaku jika aksi seribu lilin ini menyatakan kebersamaan orang Papua dengan saudara di Deiyai.
Ini merupakan keprihatinan dewan adat terhadap situasi yang terjadi di Deiyai. Dewan adat merasa kecewa karena kejadian yang tidak adil terjadi di Tanah Papua, seperti pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan oleh aparat.
"Yang kami tahu aparat itu melindungi, mengayomi, dan menjaga masyarakat. Namun harapan itu tidak terjadi, justru terbalik, sehingga ke depan pendekatan dengan kemanusiaan harus dikedepankan," jelasnya.
Dirinya menambahkan orang Papua itu bukan binatang tetapi manusia, sehingga pendekatan yang dilakukan di Papua ini adalah pendekatan kemanusiaan, sehingga semua bisa berjalan dengan baik dan tidak menggunakan kekerasan. Kalau memandang orang Papua seperti stigma yang lain -lain, itu pasti tidak akan menyelesaikan masalah. Dewan adat mengharapkan kejadian di Deiyai itu yang terakhir dan tidak boleh lagi terulang kembali.
"Kami cukup menderita. Semua pihak membutuhkan tanah ini damai dan menjadi milik bersama, bukan hanya orang Papua saja tetapi teman-teman dari luar juga memiliki hak yang sama untuk tinggal disini. Cuma bagaimana kita harus saling menghargai," tegasnya. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Sobat baru saja selesai membaca :
Theo Hesegem: Kapolda tak Perlu Minta Maaf, Harusnya Negara yang Minta Maaf
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Theo Hesegem: Kapolda tak Perlu Minta Maaf, Harusnya Negara yang Minta Maaf dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Theo Hesegem: Kapolda tak Perlu Minta Maaf, Harusnya Negara yang Minta Maaf link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/08/theo-hesegem-kapolda-tak-perlu-minta.html