Judul : Fakta Sejarah, Pangeran Dipanegara dan Colonel Cleerens sempat berunding Di Kalibeji-Sempor Sebelum Tragedi Penghianatan
link : Fakta Sejarah, Pangeran Dipanegara dan Colonel Cleerens sempat berunding Di Kalibeji-Sempor Sebelum Tragedi Penghianatan
Fakta Sejarah, Pangeran Dipanegara dan Colonel Cleerens sempat berunding Di Kalibeji-Sempor Sebelum Tragedi Penghianatan
KEBUMEN (http://ift.tt/1fsIlf9) - Tim Yayasan Wahyu Pancasila mengunjungi sebuah situs di Desa Kalibeji Kecamatan Sempor yang ditengarai sebagai peninggalan di era Pangeran Dipanegara. Lokasi tersebut dikenal dengan nama 'Teropong' menurut peta kolonial lokasi tersebut masuk dalam wilayah Roma Kamal. menurut folklore masyarakat setempat 'Teropong' merupakan tempat untuk mengintai pasukan belanda.
Selain Tim, Sejumlah warga setempat juga ikut untuk memastikan kebenaran adanya tempat tersebut, salah satunya adalah Hendro (50) yang penasaran tentang kebenaran tempat tersebut. Kepada wartaone, Hendro mengatakan 'awalnya banyak warga mengira tempat tersebut adalah makam kuno namun setelah melihat wujudnya Hendro penasaran dan kemudian bercerita kepada Tim Yayasan Wahyu Pancasila untuk bersama-sama mencari sumbernya.'
Makam yang terletak pada titik koordinat 7.577639,109.494510 terbagi menjadi 3 bagian dan salah satunya berbentuk terbuat dari batu yang memanjang. Menurut Ravie Ananda selaku Ketua Yayasan Wahyu Pancasila, " berdasarkan catatan perang belanda, perundingan pertama colonel clereens dengan Pangeran Dipanegara pada tanggal 16 februari 1830 terjadi di Roma kamal yang dilanjutkan perundingan 17 februari di Kejawang. Roma Kamal kini masuk wilayah Sempor, lokasinya utara Petunjungan."
Dalam buku catatan perang tersebut juga di jelaskan bahwa rute akhir perjalanan Pangeran Dipanegara menuju meja pengkhianatan setelah kurang lebih 5 tahun berperang adalah roma (kebumen) - kejawang (kebumen) - kemiri (kebumen) - petanahan (kebumen) - kadilangu (purworejo) - menoreh (magelang).
Ravie menambahkan adanya batu yang telah roboh dan patah yang semula dianggap sebagai makam adalah batu yg digunakan untuk menambatkan kuda Pangeran Dipanegara pada waktu berunding dengan Colonel Clereens. makam dalam konteks ini berarti tempat, bukan kuburan.
Diperkirakan Roboh dan patahnya batu ini kemungkinan oleh aktivitas budaya masyarakat kebumen pasca perang Dipanegara khususnya mereka yang senang dengan Pacuan kuda dimana ada tradisi membawa kuda pacuan sebelum berlomba ketempat ini agar kuda tersebut menjadi kuat dan cepat seperti kuda Pangeran Dipanegara.
Saat ini lokasi bersejarah dan keramat ini dibuat cungkub meski belum terawat dengan baik sehingga oleh masyarakat awam dianggap sebagai makam/kuburan. hal ini sama seperti situs pertemuan Danangsutawijaya, Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Gending di Kaligending, yang kemudian dibuat cungkub dan tanda makam sehingga dianggap oleh masyarakat saat ini sebagai kuburan. (fd)
Sumber : WartaOne


Selain Tim, Sejumlah warga setempat juga ikut untuk memastikan kebenaran adanya tempat tersebut, salah satunya adalah Hendro (50) yang penasaran tentang kebenaran tempat tersebut. Kepada wartaone, Hendro mengatakan 'awalnya banyak warga mengira tempat tersebut adalah makam kuno namun setelah melihat wujudnya Hendro penasaran dan kemudian bercerita kepada Tim Yayasan Wahyu Pancasila untuk bersama-sama mencari sumbernya.'
Makam yang terletak pada titik koordinat 7.577639,109.494510 terbagi menjadi 3 bagian dan salah satunya berbentuk terbuat dari batu yang memanjang. Menurut Ravie Ananda selaku Ketua Yayasan Wahyu Pancasila, " berdasarkan catatan perang belanda, perundingan pertama colonel clereens dengan Pangeran Dipanegara pada tanggal 16 februari 1830 terjadi di Roma kamal yang dilanjutkan perundingan 17 februari di Kejawang. Roma Kamal kini masuk wilayah Sempor, lokasinya utara Petunjungan."
Dalam buku catatan perang tersebut juga di jelaskan bahwa rute akhir perjalanan Pangeran Dipanegara menuju meja pengkhianatan setelah kurang lebih 5 tahun berperang adalah roma (kebumen) - kejawang (kebumen) - kemiri (kebumen) - petanahan (kebumen) - kadilangu (purworejo) - menoreh (magelang).
Ravie menambahkan adanya batu yang telah roboh dan patah yang semula dianggap sebagai makam adalah batu yg digunakan untuk menambatkan kuda Pangeran Dipanegara pada waktu berunding dengan Colonel Clereens. makam dalam konteks ini berarti tempat, bukan kuburan.
Diperkirakan Roboh dan patahnya batu ini kemungkinan oleh aktivitas budaya masyarakat kebumen pasca perang Dipanegara khususnya mereka yang senang dengan Pacuan kuda dimana ada tradisi membawa kuda pacuan sebelum berlomba ketempat ini agar kuda tersebut menjadi kuat dan cepat seperti kuda Pangeran Dipanegara.
Saat ini lokasi bersejarah dan keramat ini dibuat cungkub meski belum terawat dengan baik sehingga oleh masyarakat awam dianggap sebagai makam/kuburan. hal ini sama seperti situs pertemuan Danangsutawijaya, Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Gending di Kaligending, yang kemudian dibuat cungkub dan tanda makam sehingga dianggap oleh masyarakat saat ini sebagai kuburan. (fd)
Sumber : WartaOne
KIRIMKAN INFORMASI / TULISAN / OPINI / UNEK-UNEK ANDA KE:
admin@beritakebumen.info
Sobat baru saja selesai membaca :
Fakta Sejarah, Pangeran Dipanegara dan Colonel Cleerens sempat berunding Di Kalibeji-Sempor Sebelum Tragedi Penghianatan
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Fakta Sejarah, Pangeran Dipanegara dan Colonel Cleerens sempat berunding Di Kalibeji-Sempor Sebelum Tragedi Penghianatan dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Fakta Sejarah, Pangeran Dipanegara dan Colonel Cleerens sempat berunding Di Kalibeji-Sempor Sebelum Tragedi Penghianatan link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/03/fakta-sejarah-pangeran-dipanegara-dan.html