Tak Ada Bedanya ..

Tak Ada Bedanya .. - Hai Apa kabar Sobat pembaca CEPOT POST?, Cepot harap kabar Sobat baik-baik saja dan tak kurang suatu apa ya.. hehehe.. di kesempatan yang baik ini kita akan mengupas post dengan judul: Tak Ada Bedanya .., dan sepertinya post kali ini layak dimasukan dalam kategori Artikel Berita, Artikel Budaya, Artikel Ragam, Artikel Unik, Nah biar gak kelamaan, yuk langsung kita simak saja.

Judul : Tak Ada Bedanya ..
link : Tak Ada Bedanya ..

Baca juga


Tak Ada Bedanya ..

Ting, bunyi handphone ku terdengar nyaring di depanku. Satu pesan melalui LINE muncul. Aku sudah tahu siapa yang mengirim pesan melalui media ini.  

"Mom, I think I'm sick, like yesterday before."
"I see, bad weather now, you should manage your time for collage and the others, don't too bee late for going home."
"I'll be back soon."
"Get some medicine for a while."
"No, I will get at home."
"Ok, take care."

Ya, beberapa hari yang lalu, Adi memang mengeluh ga enak badan, cukup dengan obat biasa, besoknya sudah enakan. Cuaca akhir-akhir ini memang sangat tidak bagus, hujan besar hampir tiap hari, dan berangin. Jarak dari rumah memang cukup jauh, dengan berkendara motor di udara seperti ini memang mengandung resiko masuk angin dan flu. Duh. 

Kubereskan laptop di depanku, di kantor masih asyik membahas "Kuasa Menjual" ajaib dengan berkas-berkas yang memerlukan pemahaman tentang hukum perdata dasar, bagus juga biar sedikit refresh otak dengan pelajaran-pelajaran lama. Pulang kantor lewat Magrib memang beresiko jalanan macet sepanjang Cilenyi menuju rumah, kadang bikin bete, apalagi tidak ada supir. 

Oya aku ingat, aku harus mampir beli Oreo pesanan Abel, aku lupa harus beli rasa apa. Lebih aman aku beli beberapa rasa saja. Aku mampir di Indomart, tak jauh dari rumah. Persedian logistik kayaknya sudah mulai menipis, aku belum sempat belanja, coba aku beli beberapa persediaan sarapan saja untuk besok pagi. Satu bungkus roti, mentega, mises, sereal, you C1000, Oreo dan susu beruang, itu belanjaanku malam ini.  

Aku menaiki tangga ke kamar Adi, tubuhnya tergolek berselimut. Kuusap dahinya, panas. Adi terbangun.  
"Makan dulu, terus minum obat yuk." ajakku. 
"Nanti aja." jawabnya. 

Makan malamku tak berselera, padahal Ma Atik sudah membuatkan masakan  pesananku tadi pagi. Pikiranku sedikit terganggu. Sudah lama Akang tidak sakit, aku syukuri, dan sekarang dengan suasana baru di kotaku, yang jujur masih perlu penyesuaian dalam segala hal, aku masih sedikit bingung. 

Kuberikan satu tablet obat dan air putih, "nanti tidur di bawah saja, biar Bunda bisa tengok Adi." 
"Iya, kepalaku pusing."
"Coba tidur ya." 
Aku tak ingat jam berapa Adi pindah ke bawah, yang aku ingat ketika aku minta Adi tidur di kamarku, ternyata Abel sudah ada disampingku. "Tidur di kamar Abel aja dulu." 

***
Inilah sebagian tugas sebagai Ibu.  Selama ini aku` telah berusaha untuk bisa menyeimbangkan kehidupanku diantara berbagai kegiatan yang aku ikuti, membagi waktu, memposisikan diri, sebagai seorang ibu, wanita pekerja, seorang perempuan yang perlu bersosialiasi, dan seseorang yang memiliki kehidupan pribadi, cukup sulit, dan kadang terjadi overlapping. Itulah  hidup, penuh dengan seni.

Seperti pagi ini, suhu badan Adi tinggi. Tubuhnya sudah berada di samping kiriku, dan Abel di samping kanan ku. Kebayang kan, tinggi badan  anak-anak yang telah jauh melewati tinggiku, badanku terjepit diantaranya :-D

Kubangunkan Abel ketika jam menunjukkan 5.30. "Jadi libur ga, bangun, hampir jam 6 ?" 
"Ga, katanya demonya ga jadi." 
Ya ampun, kupikir libur apaan. "Ya sudah, sholat dan mandi, mau bubur ayam?" 
Abel mengangguk dan meninggalkanku menuju kamarnya.
Kupesan tiga mangkuk bubur ayam, dan satu mangkuk kecil, buat Dede Rangga. 

"Bunda suapin ya, Kang." kataku seraya duduk di tempat tidur. Sudah kusiapkan satu mangkuk bubur ayam, segelas air putih, satu gelas CDR, dua tablet obat pagi ini. Adi menangguk. Ga tega melihatnya dalam kondisi seperti ini. Badannya yang tinggi besar, tergolek di tempat tidurku. Dulu badannya kecil,  usianya di antara teman-teman sekolahnya tergolong paling muda. Badannya mulai berkembang sejak menginjak SMP kelas dua. Aku ingat ketika, pelepasan di SD, badannya paling kecil. lucu ketika kulihat foto-fotonya, dan sering jadi bahan lelucon kami. 

Suapan  demi suapan aku berikan ke Adi. Kuperhatikan Adi ku  yang sudah besar, sudah jadi mahasiswa, sudah bisa jadi bisa nyupirin Bunda kalau kita jalan-jalan, jadi kebanggaan Bunda.     




Sobat baru saja selesai membaca :

Tak Ada Bedanya ..

Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Tak Ada Bedanya .. dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.

Telah selesai dibaca: Tak Ada Bedanya .. link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2019/12/tak-ada-bedanya.html

Subscribe to receive free email updates: