Judul : Hanubun: Keterlibatan Adat, Gereja dan Pemerintah Topang Kehidupan Masyarakat Kei
link : Hanubun: Keterlibatan Adat, Gereja dan Pemerintah Topang Kehidupan Masyarakat Kei
Hanubun: Keterlibatan Adat, Gereja dan Pemerintah Topang Kehidupan Masyarakat Kei
Langgur, Malukupost.com - Umat Stasi Kolser, Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), melaksanakan Prosesi Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Gereja Baru yakni Gereja Santa Maria Immaculata, Sabtu (31/8).Bupati Malra, M. Thaher Hanubun, dalam sambutannya mengatakan, Gereja adalah Rumah Tuhan yang Kudus sekaligus sebagai wadah Umat Kristiani untuk dipersatukan sebagai suatu kesatuan umat untuk memuji dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Gereja tidak mengenal batas-batasan maupun perbedaan-perbedaan yang seringkali menjadi alasan untuk hidup dalam situasi tidak harmonis. Gereja, atas salah satu cara diposisikan sebagai Rumah Bapa, dimana telah menjadi tempat bagi umat-Nya berhimpun sebagai satu keluarga Kristen,” ujarnya.
Menurut Hanubun, gereja turut menjadi misteri ilahi bagi banyak orang yang menampilkan suasana mendamaikan hidup dan kehidupan manusia dalam lambang-lambang Gereja Katolik Universal. Gereja tidak hanya sebagai tempat beribadah umat Kristiani semata, Gereja adalah wadah untuk menguduskan Umat maupun ritus-ritus Gereja yang ada di dalamnya. Hal ini yang menyebabkan gereja adalah Kudus.
“Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Gereja Santa Maria Immaculata, Stasi Kolser yang kita rayakan merupakan salah satu simbol harapan umat untuk memiliki suatu bangunan gedung gereja yang representatif,” ungkapnya.
Hanubun katakan, Adat, Gereja dan Pemerintah adalah tiga tungku yang menopang kehidupan Umat Kristiani di Bumi Larwul Ngabal. Keterlibatan ketiga unsur itu dalam menopang kehidupan masyarakat Kei dapat memberikan jaminan keselarasan yang tentunya harus dilaksanakan secara benar dan sungguh-sungguh.
“Umat Stasi Kolser hendaknya lebih menghayati kehadiran Gereja ini sebagai suatu kesatuan pribadi-pribadi umat untuk menyuarakan kedamaian sejati yang membawa cinta bagi sesama,” katanya.
“Keterlibatan ketiga unsur ini dalam menopang kehidupan masyarakat Kei dapat memberikan jaminan keselarasan yang tentunya harus dilaksanakan secara benar dan sungguh-sungguh,”katanya lagi.
Dijelaskan Hanubun, kemegahan gedung Gereja yang menjadi sumber penilaian kebaikan bukanlah hal yang utama, namun bagaimana Gereja ini melahirkan kualitas iman umat Katolik yang benar-benar 100% Katolik dan 100% Indonesia sebagaimana yang diungkapkan Mgr. Soegijapranata.
Pemkab Malra akan terus dan senantiasa mengawal visi untuk mengembangkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memupuk solidaritas antar umat beragama di Kabupaten Malra.
“Saya mau katakan, Gereja Katolik lahir dan tumbuh di Tanah Kei adalah Gereja Katolik yang telah melahirkan sejarah panjang pertumbuhan Umat Katolik di Indonesia,” tukasnya.
Hanubun menambahkan, adalah bukti pengorbanan Mgr. Johanes Aerts dan Kawan-kawan yang telah gugur untuk kesuburan Iman Katolik di tanah Kei harus selalu dikenang. Sejarah yang agung ini tidak hanya milik Umat Katolik saja tetapi juga milik seluruh masyarakat Kei dari berbagai latar belakang.
“Semoga gedung Gereja ini melahirkan semakin banyak umat Katolik yang setia dan taat untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik ini,” pungkasnya. (MP-15)
Sobat baru saja selesai membaca :
Hanubun: Keterlibatan Adat, Gereja dan Pemerintah Topang Kehidupan Masyarakat Kei
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Hanubun: Keterlibatan Adat, Gereja dan Pemerintah Topang Kehidupan Masyarakat Kei dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Hanubun: Keterlibatan Adat, Gereja dan Pemerintah Topang Kehidupan Masyarakat Kei link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2019/08/hanubun-keterlibatan-adat-gereja-dan.html