Judul : Padahal Semuanya Sama
link : Padahal Semuanya Sama
Padahal Semuanya Sama
Barangkali ini cukup aneh, nggak masuk di nalar kita sebagai manusia. Terutama bagi yang suka beriklan di Facebook.
Ceritanya, suatu kali saya pernah bertanya ke teman, "Kau jualan apa sih? Kok sepertinya ramai terus. Banyak yang beli dan laris manis. Kasih tahu napa rahasianya."
"Jualan kita sama, kok." dia bilang demikian. Memang kami selalu menjual barang yang sama selama ini. Dan kami tidak takut bersaing karena rejeki sudah ada yang mengatur. Rejeki dia nggak mungkin nyasar ke saya, pun sebaliknya. Yang seharusnya menjadi punya saya, nggak mungkin singgah ke kantung dia.
"Terus, kok bisa punyamu laku banget ya? Lihat dong iklannya. Sama targettingnya sekalian." saya memohon.
Dia, yang memang sejak awal tidak menganggap saya sebagai pesaing, maka memberikan begitu saja. Dibukanya dapur akun iklannya dan saya bisa melihat dengan jelas iklan dia bagaimana. Ditargetin untuk siapa saja, usia berapa, daerah mana, dan sebagainya.
"Begini doang yang membuat iklanmu selalu mampu menjaring banyak konsumen?" saya bertanya lagi.
Dia mengangguk. "Benar, begini saja, kok. Bang Syaiha juga pasti kan sudah paham akan semua ini. Silakan aja Bang kalau mau mengikuti mentah-mentah punya saya. Samain aja, barangkali dengan begini, jualan Bang Syaiha juga laku."
"Beneran boleh?"
Dia mengangguk lagi.
...dan hari itu, dia memberikan semua amunisi iklannya. Diberikan cuma-cuma ke saya. Walau dalam hati ada keraguan, bertanya-tanya begini, "Masa sih iklan dia yang begitu doang bisa bekerja dengan baik? Padahal sederhana sekali. Tapi ya sudah lah, tak coba aja... Kali aja working di jualan yang sedang saya tawarkan di internet..."
Singkatnya, tidak berselang lama, saya kemudian meniru plek iklan teman saya. Tapi, ketika menjalankan ini, di dada saya ada keraguan yang besar. Tidak yakin. Tetap saya jalankan karena teman saya sudah membuktikan iklannya berhasil. Jadi ya, apa salahnya dicoba.
Masalahnya... ternyata, setelah iklan saya jalan beberapa hari, saya tetap tidak mampu menjual barang saya dalam jumlah banyak. Berbeda dengan teman saya yang setiap hari bisa puluhan kiriman. Lah, ini saya salah dimananya ya? Perasaan sudah sama semua saya ikuti apa yang teman saya lakukan.
Ketika saya curhat lagi masalah ini ke kawan saya itu, dia bilang, "Salahnya adalah, Bang Syaiha menjalankannya tanpa keyakinan."
"Emang ngaruh?"
"Iya lah. Kalau kita sendiri aja nggak yakin sama iklan kita, gimana orang lain akan yakin. Bang Syaiha pasti pernah baca Law of Attraction (LoA), kan? Entah kebetulan atau tidak, sepertinya teori itu benar. Alam akan menuntun kita kepada apa yang kita yakini."
"Atau...." teman saya kembali menasihati, "kalau dalam Islam, kita pernah mendengar bahwa Allah adalah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya, kan?"
Saya mengangguk.
"Begitu lah, kalau kita menyangka iklan kita nggak akan laku, yang nggak laku memang kenyataannya. Tapi jika sebaliknya, pas membuat iklan kita yakin sekali bahwa apa yang kita lakukan sudah benar dan percaya pasti laris manis, maka begitulah jadinya."
Dan saya kemudian membenarkan saja. Memang begitulah yang selama ini saya alami.
Karena hal inilah, maka saya selalu percaya bahwa, teknik beriklan boleh sama, produk yang dijual juga, tapi sekali lagi, rejeki kita pasti berbeda.
Demikian.
Sobat baru saja selesai membaca :
Padahal Semuanya Sama
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Padahal Semuanya Sama dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Padahal Semuanya Sama link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/09/padahal-semuanya-sama.html