Judul : Menilai Sebuah Tulisan
link : Menilai Sebuah Tulisan
Menilai Sebuah Tulisan
Dulu, ketika saya hendak mengikutkan naskah novel Sepotong Diam pada sebuah lomba, terlebih dahulu saya berikan naskah tersebut ke seorang teman dan berkata seperti ini, "Bro, tolong Elu baca ya. Setelah itu, Elu kasih penilaian deh ke naskah gue ini."
Teman saya itu, yang karir literasinya bahkan barangkali nggak lulus TK, kemudian cengo'. Mungkin dalam hatinya berujar begini, "Mimpi ape gue semalem dikasih naskah setebel ini? Apa Syaiha nggak tahu kalau membaca adalah kegiatan yang nggak ade di dalam list yang harus gue kerjain?"
Melihat raut wajahnya yang entah seperti apa itu, saya paham, makanya saya kemudian bilang, "Elu tinggal baca aja sebagian. Nggak perlu semua, kok. Setelah Elu baca, kasih tau gue dan kasih saran. Apa yang harus gue perbaiki."
"Gue kan nggak suka baca, bro!"
"Justru karena Elu nggak suka baca itulah, maka kalau gue bisa ngebuat Elu suka sama ini tulisan, berarti tulisan gue bagus. Tapi kalau Elu nggak suka, ya kemungkinan besar orang lain juga nggak akan suka."
"Tapi apa yang harus gue nilai, bro? Gue buta banget sama masalah tulis-menulis! Gimane gue mau menilai kalau gue aje nggak paham same yang beginian!" dia masih bertanya bingung.
"Gini deh, gue jelasin pakai analogi aje ye..." saya berkata demikian sambil menepuk bahunya, "Anggap aja tulisan ini adalah masakan, hidangan, makanan di restoran. Nah, kalau Elu ke restoran, Elu makan disana, Elu boleh nggak bilang itu makanan enak atau nggak enak? Elu bisa nggak ngebedain oh makanan ini enak atau oh makanan ini nggak enak?"
"Kalau itu gue bisa."
"Padahal Elu kan nggak paham ilmu tentang makanan. Elu bukan chef yang tahu seluk-beluk masak-memasak. Tapi Elu bisa kan ngasih penilaian itu makanan enak atau nggak?"
"Ya bisa lah, namanya juga makanan."
"Sama aja. Tulisan gue juga. Elu cukup baca aja sambil dihayati sebisanya, nikmati semampunya. Kalau udah Elu baca dengan baik, Elu juga pasti bakal bisa bilang tulisan gue gimana. Jujur aja. Kalau tulisan gue nggak bagus, ya bilang aja nggak bagus. Kurangnya dimana. Lebihnya dimana. Apa yang harus gue tambah. Apa yang harus gue kurang."
"Gitu ya?" dia berkata demikian, entah mengerti atau tidak.
"Iya, gitu aja kok..." saya menjelaskan, "untuk bisa berkata tulisan ini bagus atau tidak, nggak perlu orang yang ahli literasi kok bro. Siapapun boleh nilai tulisan gue."
"Ntar nggak objektif dong hasilnya?"
"Penilaian seseorang pada sebuah karya seni, termasuk tulisan, memang nggak akan objektif. Nilainya subjektif. Karena hal inilah, maka sering gue bilang, bagusnya sebuah tulisan itu relatif. Si A bilang tulisan gue bagus, tapi si B paling nganggap tulisan gue biasa aja. Nggak masalah. Toh, kita nggak bisa menyenangkan semua orang, toh?"
"Iya deh..."
"Iya apaan?"
"Ya ini, gue bakal baca tulisan Elu dan nanti gue kasih penilaian ya! Tapi awas, jangan marah kalau gue bakalan jujur."
"Siap, nggak masalah."
Sobat baru saja selesai membaca :
Menilai Sebuah Tulisan
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Menilai Sebuah Tulisan dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Menilai Sebuah Tulisan link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/09/menilai-sebuah-tulisan.html