Judul : Bincang Santai Khilafah di Gereja
link : Bincang Santai Khilafah di Gereja
Bincang Santai Khilafah di Gereja
Oleh : Muhammad Syafiq
Sore itu dengan Modal nekat saya pergi bersama rekan untuk menggantikan dan mengisi sebuah acara Bincang Santai bersama Saudara-saudara dari Gereja Kristen Indonesia Bromo di Kota Malang tepatnya di Jalan Bromo Kota Malang. Saya menyiapkan sejumlah Poin-poin yang akan saya sampaikan kepada Masyarakat yang nampaknya masih sangat awam terhadap islam, sehingga otomatis saya hanya menjelaskan secara gamblang saja.
Bahwasanya Memang dalam Islam sendiri tidak disebutkan secara Khos (spesifik) maupun secara Shorih (Eksplisit) dalil yang menunjukkan Konsep Kepemimpinan negara ala islam. Dalam Al Qur'an pun tidak dikenal istilah Daulah islamiyyah yang kerap digaungkan oleh kaum jihadis Khilafah. Sehingga saya pertegas pula pada pertemuan kali itu bahkan Nabi saja tidak menentukan siapa kelak yang akan menjadi penerus Imamiyyah (kepemimpinan) Umat islam.
Dan juga yang sering kita Pahami sebagai gerakan "Peng-islam-an" Negara nampaknya juga menuai perbedaan pendapat antara kelompok satu dan lainnya, yang kita ketahui besar yaitu Ikhwanul muslimin dan Hizbut Tahrir, karena memang pada dasarnya Upaya untuk menentukan Sistem kepemimpinan adalah Upaya Ijtihadiyyah atau upaya Penyesuaian Dalil Naqli terhadap Waqi'iyyah (Kenyataan) dalam suatu Lokus.
Hal tersebut juga saya Pertegas bahwa tidak ada ajaran Islam yang menggunakan Agama untuk menginjak kemanusiaan, bahkan disaat perang nabi menegaskan tidak boleh membunuh Anak, wanita serta merobohkan Rumah peribadatan Agama apapun itu. Oleh karena itu, ketika Suatu gerakan telah banyak mendiskreditkan nilai-nilai kemanusiaan (bahkan gerakan yang mengatasnamakan agama sekalipun) telah didahului oleh kepentingan-kepentingan politis yang patut kita Teliti dan kita Sadari.
الإجتهاد لا ينقض بالإجتهاد
Begitulah Seharusnya Seluruh umat memahami Perbedaan Cara "beragama" dalam segala aspek kehidupan dan yang paling riskan adalah dalam aspek da'wah dan Jihad sering disalahartikan sebagai upaya untuk "Memaksakan" keyakinan yang kita anut meskipun dalam lingkup seagama sekalipun. Karena Pemahaman bahwa perbedaan Ijtihad ulama adalah bentuk kasih sayang Tuhan adalah bentuk yang harus kita sadari bersama, berbeda antara kata "perbedaan" dengan kata "perpecahan".
"Berbeda bisa berarti Saling Menghargai, namun Berpecah artinya bercerai berai".
Hal tersebut perlu adanya upaya yang sistematis dan terstruktur yang melibatkan sejumlah Pondok Pesantren dan Madrasah untuk ikut serta menanamkan kembali budaya Toleransi dalam bentuk yang nyata, tidak hanya doktrin saja, semisal dengan Membantu Tetangga yang kesulitan apapun agamanya, atau saling menjenguk saat sakit maupun terkena musibah.Sehingga bibit-bibit radikalisme tidak akan subur di Indonesia.
Karena zaman sekarang adalah zaman bertukar ide, dan berlomba dalam berkarya, maka kira tidak lagi membutuhkan kuantitas dalam menyebarkan ajaran Agama,Militansi dan Kekayaan Intelektual adalah Modal utama zaman yang Bermacam-macam Aliran namun satu tuhannya yaitu Uang.
Sobat baru saja selesai membaca :
Bincang Santai Khilafah di Gereja
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Bincang Santai Khilafah di Gereja dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Bincang Santai Khilafah di Gereja link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/08/bincang-santai-khilafah-di-gereja.html