Judul : Berjamaah di Masjid
link : Berjamaah di Masjid
Berjamaah di Masjid
Pagi ini, saya, alhamdulillah bisa berjamaah di masjid walau udara agak dingin-dingin gimana gitu. Allah membangunkan saya, memudahkan langkah kaki saya ke rumah-NYA dan beribadah disana. Iya, benar. Apapun yang kita lakukan, tidak lain adalah karena kuasa Allah. Kita bisa beribadah, beramal, dan berbuat kebaikan lainnya, itu adalah murni Allah yang memudahkan dan menggerakkan.
Namun, bukan berarti, jika demikian kita harus diam-diam saja dan tidak berusaha yaaa...
Jangan seperti teman saya dulu, ketika saya ajak dia ke masjid untuk menjalankan shalat isya, malah berkata: "Semua yang terjadi di dunia kan karena Allah. Jadi, kalau Allah menakdirkan saya shalat Isya di masjid, maka seharusnya Allah menggerakkan saya kesana. Tapi ini saya tidak bergerak-gerak kesana. Saya malah santai saja di rumah. Itu artinya, Allah nggak menakdirkan saya untuk ke masjid, Bang Syaiha."
Duh, kan keblinger sekali itu definisi takdirnya.
Saya jawab saya begini: "Oke. Besok-besok, kalau elu laper dan haus. Elu nggak usah makan aja, Bro. Nggak usah minum. Elu kan saking yakinnya sama takdir Allah yang begitu, semua yang terjadi di dunia adalah karena Allah. Maka kalau laper dan haus, elu diem aja ya. Toh kalau Allah nakdirin elu kenyang, elu juga bakal kenyang, kok. Gimana?"
"Atau, Elu pun nggak perlu bekerja. Kan Allah yang nakdirin semuanya. Kalau Allah menakdirkan elu kaya raya dan banyak uang, maka santai-santai di rumah saja juga elu pasti bakal kaya. Iya nggak?"
Dia kemudian hendak membantah, "Mana bisa begitu, Bang."
"Nah, kalau gitu, sama kayak shalat ke masjid dong. Benar bahwa semua yang terjadi di dunia adalah karena Allah, tapi bukan begitu juga maksudnya."
"Artinya, ada takdir yang memang mutlak kuasa Allah, seperti kapan kita mati, misalnya. Itu nggak bisa diubah lagi, sudah tepat jam sekian, di menit sekian. Hari apa dan bulan berapa serta tahun berapa. Sudah jelas. Nggak bisa dimajukan barang sekejap. Juga nggak bisa dimundurkan."
"Itu adalah takdir yang nggak bisa diubah."
"Tapi ada takdir yang bisa diubah karena usaha yang kita lakukan. Misalnya beribadah ke masjid. Takdir kita adalah bergantung usaha yang kita lakukan. Kalau kita bergerak dan segera melangkah ke masjid untuk shalat di sana, maka itu adalah takdir kita. Karena Allah dan ada usaha yang kita lakukan."
Panjang lebar saya jelaskan ke dia, walau ujung-ujungnya dia tetap saja tidak mau saya ajak ke masjid untuk menjalankan shalat Isya.
Biarlah.
Ke masjid memang berat. Nggak segampang yang dipikirkan. Nggak semudah yang ada diangan-angan. Ada saja godaannya. Entah itu mengantuk, malas, dan lain sebagainya.
Ada lelaki yang gagah sekali, beberapa kali menaklukkan puncak tertinggi, tapi ketika kaki dijalankan ke masjid untuk menyerahkan diri kepada Allah, ia kalah dan tidak pergi.
Ada juga orang yang rumahnya bahkan hanya sepelemparan batu saja dari masjid, tapi nggak juga nongol-nongol batang hidungnya. Ke masjid pas shalat jumat saja. Atau malah pas di shalati. Kan ngeri.
Ke masjid itu ternyata memang berat, maka jika keinginan di dalam diri nggak begitu kuat. Kita bisa kalah dan di rumah saja shalat sendirian. Kalau di jaman Rasulullah, orang-orang yang mampu ke masjid tapi tidak datang untuk berjamaah, maka rumahnya akan dibakar.
Sebegitu kerasnya ancaman meninggalkan jamaah di masjid.
.
.
.
.
.
Nah, semoga catatan ringan ini menjadi pengingat saya dan siapa saja yang membacanya.
Selamat pagi...
Sobat baru saja selesai membaca :
Berjamaah di Masjid
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Berjamaah di Masjid dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Berjamaah di Masjid link yang gunakan: https://cepotpost.blogspot.com/2017/03/berjamaah-di-masjid.html