Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)

Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1) - Hai Apa kabar Sobat pembaca CEPOT POST?, Cepot harap kabar Sobat baik-baik saja dan tak kurang suatu apa ya.. hehehe.. di kesempatan yang baik ini kita akan mengupas post dengan judul: Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1), dan sepertinya post kali ini layak dimasukan dalam kategori Artikel Berita, Artikel Indonesia Timur, Artikel Irian Jaya, Artikel Kabar, Artikel Papua, Artikel Update, Nah biar gak kelamaan, yuk langsung kita simak saja.

Judul : Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)
link : Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)

Baca juga


Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)

No. 1 PAPUA Merdeka News | Portal

ARTI OTONOMI (KHUSUS) DALAM POLITIK OTONAMISASI NKRI DI PAPUA

13.1.1 Arti Leterlek kata Otonomi¹

Dari kata (auto), yang kita tahu artinya: sendiri. Lalu kata (nomy) kelihatannya secara etimalagis² berhubungan dengan: ekonomi. Dari situ bisa dikatakan (autonomy) artinya menjalankan kegiatan ekonomi sendiri.

Kalau dilihat secara realitas, agak masuk akal karena apa yang terjadi dalam otonomi kebanyakan berhubungan dengan mengatur perekonomian (peri kehidupan) sendiri. Perikehidupan dalam hal ini kebanyakan semata-mata menyangkut ekonomi. Boleh dikatakan otonomi dimaksud juga dalam aspek otonomi, tetapi semua orang tahu politik selama ini ada hanya sekedar karena dan untuk ekonomi. Ekonomi telah menjadi kunci dalam kebijakan politik dunia. Kita akan lihat dalam bagian tentang teori Gospel, Glory dan Gold (Tiga-G) bahwa wajah sejarah dunia ini selalu berubah hanya gara-gara makan dan minum alias ekonomi.
Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)
Buku Papua Menggugat: Politik Otonomisasi NKRI di Papua, ditulis Prof.Dr. Sem Karoba dkk.
Secara awam, wilayah otonom adalah wilayah yang menjalankan pemerintahan secara mandiri, khususnya dalam bidang ekonomi dan sosial. Otonomi biasanya diartikan sebagai berpemerintahan sendiri (self-government) atau mengatur diri sendiri. Sebagai penjabarannya, ada kata pembagian atau perimbangan kekuasaan, devolusi dan redistribusi kekuasaan. Devolusi berlawanan dengan revolusi.

Revolusi berarti perubahan secara menyeluruh, tetapi devolusi adalah perubahan dalam aspek-aspek tertentu dalam kaitan dengan manajemen pemerintahan. Sedangkan pembagian kekuasaan (distribution of power) maksudnya pengalihan beberapa kekuasaan yang sebelumnya menumpuk di tingkat pusat kepada pemerintah di tingkat yang dibawahnya. Jadi, di sini yang dibagikan adalah peran dan fungsi menjalankan tugas-tugas pemerintahan.

13.1.2 Arti Politis

Secara politis Otsus artinya ada perlakuan khusus bagi wilayah atau bangsa yang dijajah itu.

Dalam retorika, Otsus diidentikkan dengan berdiri atas kaki sendiri, mengatur diri sendiri, merdeka secara ekonomi, sosial dan budaya. Itu kosmetika politik, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah perlakuan yang khusus, berbeda dengan perlakukan terhadap suku-bangsa lainnya di dalam suatu negara.

- Bukanya pengalaman itu yang ada di Papua?

Karena orang Papua berbeda ras dari orang Indonesia, karena sejarah West Papua dalam kaitan dengan kontak dengan dunia luar ataupun sejarah penjajahan dan perjuangan kemerdekaan berbeda dengan sejarah Indonesia, karena pulau Papua masuk dalam wilayah Pasifik, karena wilayah West Papua dibatasi oleh laut, terpisah dari pulau-pulau NKRI, TETAPI wilayah itu diduduki dan dikuasai oleh Indonesia, maka status wilayah itu berbeda dari pada wilayah lain di Indonesia. Maka wilayah itu diberi Otonomi yang khusus. tidak sama dengan Otonomi Daerah yang diberikan kepada berbagai provinsi lain di dalam NKRI.

Contoh yang jelas kita lihat Inggris menguasai pulau Irlandia bagian utara, yang bangsanya lain, yang pulaunya terpisah dari Inggris. Sejarah penjajahan dan kemerdekaannya serta adatnya berbeda, tetapi tetap dipaksakan ke dalam Kerajaan Inggris Raya, sehingga mereka diberi otonomi, yang mereka sebut devolution. Hal yang sama terjadi dengan bangsa Skotlandia (di bagian Utara Inggris) dan Welsh (di bagian selatan Inggris). Khususnya Welsh dan Scotland diberi devalution tidak karena pulau yang terpisah, tetapi karena adat dan sejarah pemerintahan (kerajaan) dan etnis mereka yang berbeda. Contoh yang lain ketika Israel dicangkokkan Inggris kembali ke wilayah Timur Tengah, masyarakat Palestina yang sejarah peradaban serta sejarah politiknya berbeda, walaupun rasnya sama, diberi Otonomi Khusus, yang kita kenal dengan nama Wilayah Otoritas Palestina.

(Dari ke sebagian besar contoh yang tergambar bahwa memang Otonomi Khusus diberikan kepada wilayah pendudukan).

Dalam praktek politik otonomisasi di dunia, yang biasa diberi otonomi adalah kelompok masyarakat minoritas, yang wilayahnya diduduki oleh penguasa/ negara yang penduduknya mayoritas punya etnik, agama atau sejarah sosial dan politiknya berbeda dengan masyarakat yang diberi otonomi.

Otonomi biasanya diberikan sebagai jawaban atas tuntutan-tuntutan kaum minoritas yang merasa dirinya tidak diperhatikan, atau yang hak-haknya dilanggar. Inilah konteks yang mewarnai pemberian Otsus bagi West Papua. Jadi, kita tidak dapat mengatakan bahwa Otsus untuk Papua itu sebagai anugerah Tuhan, hadiah natal dan tanda kebaikan hati Jakarta. Sesungguhnya Otsus hannyalah usaha tambal sulam semata, dalam rangka menutup malu di hadapan muka bumi, untuk mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia sekarang sudah memperhatikan kepentingan orang Papua.

Jadi, jelaslah bahwa secara politis, Otsus biasanya diberikan kalau ada negara yang didirikan dengan berbagai macam suku-bangsa dengan beragam latar belakang sejarah, politik atau hukumnya. Politik Otonomisasi jarang sekali ada kalau suatu negara yang punya satu suku-bangsa dengan latar belakang yang sama.

Tujuan pemberian atau tuntutan untuk otonomi dapat diartikan dari dua sudut pandang, tergantung sejauh mana keseriusan pemerintah dalam memajukan otonomi itu dan sejauh mana tingkat kepuasan rakyat yang dijajah itu setelah diberikan otonomi.

Di satu pihak pemberian otonomi dapat dipandang sebagai langkah awal menuju kemerdekaan dan kedaulatan politik secara penuh. Pemberian wewenang dan pengelolaan segala kekayaan serta Wewenang itu dapat dianggap sebagai latihan buat pemerintahan yang akan dibentuk setelah masa otonomi itu. Kasus Palestina jelas-jelas menunjukkan ke arah ini. Sudut pandang ini selalu dianut oleh mereka yang menuntut otonomi dan atau menuntut kepeningan mereka diperhatikan. Dan inilah yang dilihat Gubernur Jaap Solossa dan barisannya serta beberapa anggota Presidium Dewan Papua. Alasan yang sering dikemukakan adalah untuk mempersiapkan sumber daya manusia Papua, maka perlu Otsus dengan dana yang melebihi cukup, sehingga daerah dan putra daerah punya peluang yang leluasa untuk memanuver secara politik dan ekonomi dalam membangun manusia Papua. Sementara itu, NKRI harus membangun West Papua dengan dana dari pusat, sementara persiapan sumber daya dilakukan, sehingga pada saat Papua Merdeka nanti, segala fasilitas administrasi dan pemerintahan sudah ada di tempat.

Ada juga pandangan yang lebih sempit dalam konteks hubungan NKRI-West Papua bahwa Indonesia telah meraup dan memfasilitasi pihak asing dalam mengeruk kekayaan alam West Papua, karena itu NKRI bertanggung jawab membangun West Papua sampai mencapai tingkat pembangunan yang siap untuk menuju ke pintu kemerdekaan dan kedaulatan politiknya . Jadi, kalau kita mau merdeka sekarang, kita rugi, karena kekayaan kita telah dimakan habis oleh Indonesia. Mereka harus membangun West Papua sebelum kita merdeka, sementara itu orang Papua juga mempersiapkan diri, sarana dan prasarana sementara pembangunan dijalankan.

Pandangan A. Rumansara seperti "nasionalisme Papua belum ada, karena itu perlu dibangun," atau sumber daya manusia belum siap, dan sebagainya mewarnai koran-koran di West Papua. Alasan yang ada di benak mereka seperti disebutkan di sini. Yang jelas, mereka tidak berbicara karena mereka jatuh cinta kepada NKRI, tetapi lebih karena mereka merasa Otsus sebagai salah satu tahapan, dan bila perlu tahapan terakhir dalam mempersiapkan sebuah West Papua yang merdeka dan berdaulat.

Pandangan yang lain adalah bahwa otonomi diberikan justru dalam rangka memperkuat basis pertahanan negara penjajah itu sehingga wilayah yang diberi otonomi itu tidak memberantak, tidak mengeluh, tidak macam-macam. Dengan demikian aspirasi menentukan nasib sendiri di luar negara yang ada tidak berkembang dan berlarut-larut. Alasan yang dipakai sering bersifat ekonomis bukan politis. Mereka sering mengemukakan dalil keadilan pemerataan, perlindungan HAM. pluralisme, penegakkan supremasi hukum, demokratisasi dan percepatan pembangunan.

Selain tujuan meredam tuntutan rakyat. adalah agar dunia luar yang mengkritik akan didiamkan, karena kepentingan dunia luar adalah kondisi keamanan yang terjamin dan stabil, sehingga mereka bisa berinvestasi dan atau mencari makan di wilayah jajahan itu.

Pandangan inilah yang dianut Jakarta saat ini. Tidak heran kalau kita lihat pembangunan basis-basis militer seperti batalion dan korem. koramil, paires dan sebagainya di West Papua, sementara dana Otsus sendiri belum berjalan dengan baik. Tidak juga heran kalau dana Otsus justru digunakan untuk operasi militer di Puncak Jaya, Tolikara dan daerah perbatasan West Papua-PNG. Tidak perlu heran juga kalau A.J Djopari meminta kepada BIN dan Pemda Papua untuk memperhatikan agar dana-dana proyek yang bernilai besar diserahkan kepada usaha-usaha milik barisan merah-putih.

Siapa yang menang nanti?

Yang menentukan menang-kalah adalah pertama pemerintah NKRI kedua orang Papua sendiri, dan terakhir dunia internasional. Kegagalan NKRI dalam menjalankan Otsus secara penuh, menyeluruh. tepat waktu dan konsisten berarti fatal. yaitu aspirasi kemerdekaan akan semakin terpupuk, dan sementara itu keberpihakan dunia internasional yang punya kepentingan investasi dalam kondisi aman di West Papua akan terguncang. Dunia internasional juga menentukan, tetapi sikap mereka tergantung kepada keseriusan Jakarta, ditambah dengan perubahan-perubahan peta politik dunia. Jikalau dunia menganggap berinvestasi di West Papua lebih menguntungkan, mereka akan tetap mempertahankan NKRI, tetapi kalau memperalat NKRI sudah dianggap tidak mapan lagi lantaran kegagalan Jakarta ditambah dengan tuntutan rakyat Papua untuk merdeka yang semakin deras dan mendunia, maka mereka dapat berpihak kepada pihak "M" dari West Papua. Selain itu, orang Papua sendiri menentukan masa depan tanah Papua. Kalau mereka menerima Otsus dan berdiam diri. atau kalau mayoritas orang Papua menerima Otsus sebagai solusi final. maka NKRI menang. Tetapi kalau tidak, yaitu kenyataan yang ada saat ini, maka betapapun hebatnya dana yang diberikan, betapapun perubahan yang dilakukan, betapapun operasi militer yang dijalankan di sana, aspirasi itu tidak akan pernah mati.

13.1.3 Arti Brirakrasi/ Administrasi Pemerintahan

Dalam retorika administrasi pemerintahan terdapat beberapa istilah, yaitu devalution (power sharing) atau decentralisation and deconsentralisation, yang secara politik disebut otonomi. Pertama, desentralisasi artinya. pengurangan pemusatan kekuasaan. yaitu penyerahan ataupun pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah pusat...refleksi dari power sharing yaitu pembagian atau distribusi kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah pusat kepada daerah..."

Inilah yang disebut devalution. Menurut pengalaman yang ada, devolus dapat dilakukan dalam tiga bentuk. yaitu pertama dengan ca melimpahkan wewenang itu kepada pemerintahan di tingkat di bawahnya. Dalam hal ini presiden memberikan kewenangan kepada para gubernur atau bupati. Yang lainnya seperti terjadi di Irlandia Utara dan dulu di West Papua ataupun di Hong Kang, yaitu dengan cara mengirim seorang Gubernur Jenderal atau Residen untuk menjalankan pemerintahan. Yang terakhir dengan cara mengangkat pemimpin rakyat yang dianggap memberontak dan menugaskannya menjalankan pemerintahan atas wilayahnya. Dalam hal ini wilayah itu tidak diberi kemerdekaan, tetapi diberi kebebasan berpemerintahan sementara kekuatan di pusat masih dipegang presiden. Contoh kasusnya kita lihat di Palestina, di mana Jasser Arafat yang dulunya disebut teroris dan pemberontak itu diangkat sebagai Presiden Palestina, tetapi di dalam wilayah Israel yang dicangkok Inggris tahun 1948.

Sedangkan dekonsentrasi sama dengan sentralisasi, tetapi pemerintah pusat menugaskan aparatnya untuk menjalankan kewenangan daerah. Di Indonesia dikenal dengan Kanwil yang secara teori mewakili pemerintah pusat dalam melaksanakan tugas-tugasnya. berbeda dengan dinas-dinas yang melaksanakan tugas dari daerah. Kantor Wilayah dimaksud menjalankan fungsi-fungsi pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, yang ditugaskan oleh pusat.

Dari dua sudut pandang ini tergambar bahwa secara administratif pemerintahan, otonomi diberikan kepada wilayah atau pemerintah daerah dengan maksud melancarkan pelayanan kepada masyarakat agar proses kebijakan implementasi kebijakan pemerintah berjalan lancar. Semakin besar wilayah negara itu, maka semakin banyak tingkat birokrasinya. karena pemerintah pusat berusaha menjabarkan tugasnya dan mendelegasikan wewenang kepada wilayah-wilayahnya yang terbentang luas. Dengan demikian kebutuhan wilayah dapat ditanggapi dengan cepat dan kemauan pusat juga dapat direalisir dengan lancar.

13.1.4 Pembangunan sebagai Arti Otsus dalam Politik Otonomisasi NKRI di West Papua
Dalam konteks kegiatan Otonomi pemerintah, dan lebih khusus Otsus NKRI di West Papua, yang arti Otsus menggema di publik adalah retorika dan kegiatan pembangunan
Wacana yang berkembang dalam Otsus di West Papua adalah wacana pembangunan. Jadi. pembangunan adalah wujud nyata dari Otsus dalam retorika politik NKRI. Itu otonomi menurut retorika politik NKRI. Maka itu, dalam menyoroti Otsus di West Papua. Penulis menyoroti pembangunan. Untuk memahami kata "pembangunan" itu kita mulai mengulas dua arti 'pembangunan' yang saling bertolak belakang. Yang satu adalah arti dalam retorika politik, dan yang lainnya adalah arti dalam kenyataan di lapangan. yaitu antara development (pengembangan) atau juga construction (pembangunan).

1. Pembangunan artinya development
Kata develop punya kesamaan arti increase (meningkatkan), build up (tambah membangun/ membangun ke atas), expand (ekspansi, perluasan), extend (memperpanjang, memperluas, mempertinggi) dan widen (memperluas ruang atau memperlebar). Kata meningkatkan dan memperluas mengandung arti bahwa hal yang mau ditingkatkan atau diperluas itu sudah ada. cuma belum luas atau belum ditingkatkan. Maka development artinya meningkatkan atau memperluas atau membenahi sehingga menjadi lebih cocok dengan yang diinginkan, yang (berarti membangun di atas dasar yang sudah ada), atau memupuk apa yang sudah ada di dalam sebuah komunitas atau negara atau daerah.

Kita akan lihat contah kegiatan pembangunan sebagai construction dalam Pasal berikut. Dalam Pasal ini kita lihat contoh pembangunan sebagai develapment.

Waktu mengucapkan atau mendengar kata 'kembang' dan kata kerja 'mengembangkan. dan kalimat "We want to develop West Papua!" (Kami mau mengembangkan West Papua), ada beberapa kosa-kata atau konsep dari kata yang akan muncul dalam benak Anda, yaitu antara lain "meningkatkan", "memajukan", "mendukung apa yang ada", "menambah apa yang kurang", "memupuk atau mengembangkan apa yang dimiliki atau apa yang sudah ada". Ini bukan arti kamus yang sempit, tetapi arti yang muncul di otak kami waktu dengar kata 'pengembangan."

Artinya, barang yang sudah ada itu dikembangkan, dipupuk, ditambah, dimajukan, ditingkatkan, bukan dirusak.

2. Contoh Kegiatan Pembangunan sebagai Development
CONTOH PERTAMA - Pengembangan Cerita Rakyat (Oral Staries) Menjadi Cerita Buku (Written Stories).

Ini satu contoh cerita rakyat suku Lani di Kecamatan Kelia.

..."Dulu di kampung kami ada cerita begini. Di suatu tempat namanya Mabuname. Di Mabuname itu ada pesta pernikahan massal, dimana terjadi pesta babi yang begitu marak. Waktu itu banyak babi disembelih dan terjadi pesta besar. Seperti biasanya, ibu-ibu dan anak-anak disuruh pergi ke kali untuk membersihkan usus babi. Waktu itu banyak ibu-ibu berbaris di kali dan membersihkan usus babi di sepanjang kali dari hulu sampai hilir sungai. Di kali itu muncul seekor anjing dan melambai-lambaikan ekornya pertanda minta sepotong daging. Ibu pertama yang ditemui anjing itu lempar batu dan usir anjing itu pergi. Anjing itu lari ke ibu kedua. Ibu kedua juga lempar batu dan mengusirnya. Anjing itu lari ke ibu ketiga dan juga diusir. Begitu sampai anjing tiba pada ibu yang terakhir, di hulu sungai itu. Ibu terakhir mau semua ibu sudah mengusirnya, tetapi anjing itu masih saja melambai-lambaikan ekornya tanda terima kasih. Ibu ini pikir sejenak, "Kalau saya usir dia, ke mana nanti dia pergi?." Lalu ibu ini merasa kasihan sama kecil daging kepada anjing tadi. Anjing itu melambaikan ekornya berkali-kali sebagai tanda terima kasihnya kepada ibu itu. Ibu ini senang melihatnya dan memberinya lagi potongan daging yang lebih besar. Beberapa detik kemudian, anjing itu berubah jadi seorang lelaki ganteng. Lelaki itu kemudian berkata kepada si ibu tadi, "Mama, kamu pulang ke pesta itu dan kasih tahu anak dan suamimu bahwa sebentar lagi akan ada hujan lebat... dst. dst"....

...

Ini cerita rakyat. Pengembangan artinya, dulu cerita ini sudah ada. Tetapi cerita ini diceritakan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi. Sampai dunia luar masuk ke suku Lani, kita tahu membaca dan menulis. Akibatnya. kita "kembangkan' cerita dari mulut ke mulut menjadi 'Cerita Rakyat' dalam bentuk 'Buku' yaitu tertulis. Jadi, cerita lisan tadi 'develaped' atau dikembangkan atau berkembang menjadi cerita tertulis. Ini namanya pengembangan, yaitu mengembangkan yang sudah ada dari bentuk lisan menjadi bentuk tertulis. Manfaatnya supaya dibaca oleh generasi muda, dimana dan kapan saja tanpa harus datang kepada orang tua untuk duduk di Honai laki-laki dan dengar cerita ini

CONTOH KEDUA: Pengembangan Honai Orang Lani (Koteka) oleh Dr. Printz di Wamena

Ada seorang Dokter Medis asal Belanda bernama Dokter Printz (kami tidak tahu cara mengeja namanya). Dokter ini 'mengembangkan' rumah orang Lani menjadi rumah modern Lani. Beliau membangun Honai-honai, tetapi dengan cara mengembangkan apa yang ada. Rumah berbentuk bulat. sama dengan rumah asli. Tetapi dia pasang cerobong asap di tengah-tengah di tungku api. Lalu cerobong itu dibawa naik dan tembus ke atap rumah.

Manfaatnya asap tidak menyebar ke rumah dimana orang duduk dan tidur. tetapi dengan aman naik lewat cerobong itu, sementara rumah dihangatkan oleh api yang dibuat dan asap yang naik.

Jadi, Beliau 'mengembangkan' Honai orang Lani menjadi 'Honai modern. Dengan kata lain, Beliau mengembangkan apa yang ada dengan pola tradisional menjadi honai modern yang layak huni oleh orang Lani zaman sekarang. Bentuknya tidak berubah, fungsinya tidak berubah, yang berubah hanya sistem perasapan dan lebih membantu menghindari asap yang banyak di dalam rumah itu menjadi tidak ada asap.

CONTOH KETIGA: Pengembangan Bahasa Daerah Lisan (Oral Language/menjadi Bahasa yang Tertulis

Dulu bahasa Lani tidak pernah ditulis. Tidak pernah ada tulisan dalam Bahasa Lani. Tetapi sejak orang asing masuk, mereka mulai menulis dan mengeja bahasa Lani. Sehingga sekarang kita bisa tulis dan baca dalam bahasa Lani. Ini pengembangan dari apa yang ada dan memajukannya bahasa lisan menjadi bahasa tertulis. Begitulah seharusnya Otsus dalam arti pengembangan. yang berarti menolong rakyat yang ada dalam Otsus itu. Inilah yang terjadi kalau Jakarta mau benar-benar membangun di tanah Papua.
  • Yang jelas kenyataan Otsus di tanah West Papua sejak tahun 1963 sampai 2001 tidaklah membangun, tetapi merusak, yaitu arti keduanya. Apakah Otsus selama 25 tahun mendatang sesuai persetujuan poros Papindo adalah arti pembangunan seperti diuraikan berikut?
  • Ataukah yang mereka maksud artinya mengembangkan? Kita akan lihat besok juga, kalau bukan sekarang.

3. Pembangunan artinya construction
Sedangkan kata construction punya kesamaan arti dengan make (membuat). create (menciptakan), dan build (membangun sebuah gedung misalnya). Kita tahu cara membuat kue dari sagu. Kita juga tahu membangun rumah. Kita tahu cara menciptakan lagu. Memang construction terlihat mirip dengan development. tetapi secara prinsipiil, mereka sangat berbeda. Kegiatan construction menyebabkan sebuah pembuatan, penciptaan dan pembangunan. Memang rumah yang dibangun itu berasal dari bahan yang ada, tetapi bentuk bahan-bahan bangunan yang ada terdiri dari daun sagu, gabah sagu, kayu, rotan, dan sebagainya diciptakan menjadi berbentuk sebuah rumah. Rumah artinya sebuah tempat tinggal/ berteduh. la diciptakan dari bahan-bahan bangunan seperti daun sagu yang sebelumnya hanya menancap pada pohon sagu, berubah fungsi menjadi atap rumah untuk membendung panas dan air masuk ke rumah.

Jadi, kegiatan construction kelihatannya menggunakan bahan- bahan yang ada tetapi sekaligus juga merubah fungsi bahan yang ada. Misalnya rotan yang dulu melilit di hutan sebagai bagian dari flora di hutan diubah menjadi alat pengikat untuk konstruksi rumah. Kita perlu lihat istilah klasik Suharto: Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).

Bukan Rencana Pengembangan Lima Tahun. Terjemahan yang benar adalah 'Five-Year Construction Plan' dan bukan 'Fiver-Year Development Plan. Karena apa yang terjadi bukan development', yaitu pengembangan yang ada: tetapi 'construction' yaitu perusakan atas apa yang ada.

Ada banyak contoh di West Papua;
  • Lihat dan hitung berapa besar dana yang dipakai untuk menyusun "Kurikulum Pengajaran Bahasa-Bahasa Daerah Papua"?
  • Lihat dan hitung berapa besar dana yang dipakai untuk membiayai "Penulisan Cerita Rakyat dan Pengajarannya di Sekolah-Sekolah di West Papua"?
    Dan setelah itu: Bandingkan dengan jumlah uang yang dipakai untuk bangun jalan raya Trans Papua (Jayapura-Wamena) dan Trans Papua (Jayapura-Merauke).
  • Hitung berapa dana yang dihabiskan untuk bangun Kantor Bupati dan Kantor DPR di daerah, berapa dana yang dihabiskan untuk bangun jalan raya dan berapa banyak untuk pendidikan budaya asli daerah itu.
  • Hitung berapa banyak koperasi yang sudah dibangun untuk meningkatkan atau mengembangkan perekonomian orang Papua Hitung berapa banyak orang Papua yang disekolahkan sames mencapai gelar doktor untuk mengembangkan manusia Papua.
    Indonesia sudah menjajah West Papua 50 tahun lebih. Dan pendidikan dari sekolah taman kanak-kanak (TK) sampai jadi doktor hanya butuh 20 tahun. Seharusnya sudah ada dua generasi yang sudah mengenyam pendidikan sampai ke tingkat doktoral. Seharusnya sudah ada lebih dari 100 doktor anak Papua.
  • Tetapi apa yang sedang terjadi?
    Dan jangan lupa untuk hitung juga:
    Berapa banyak sumber daya dieksploitasi yang dibawa keluar dari Papua dan berapa banyak yang dikembalikan sebagai ucapan terima kasih kepada Anda?
    Lalu Anda tiba pada jawaban atas pertanyaan ini:
  • Apakah Indonesia sedang membangun atau merusak Papua? Dengan kata lain,
  • Apakah pendudukan Indonesia di West Papua merupakan sebuah penjajahan atau sebuah integrasi sejati?
    Apakah program-program pemerintah Indonesia di West Papua mencirikan program penjajahan yang menghancurkan ataukah program yang mengembangkan manusia dan tanah Papua?

4. Contoh Kegiatan Construction
Marilah kita lihat beberapa contoh 'pembangunan yang menghancurkan atau 'merusak apa yang sudah ada, yaitu kegiatan constuction;

CONTOH PERTAMA: Kita ambil dari Perusakan Budaya

Selama kami sekolah dari SD sampai sekarang, kami tidak pernah diberitahu atau ditunjukkan, apalagi diajarkan bahasa daerah kami. Tidak pernah kami temui seorang guru pun yang memakai bahasa daerah di kelas. Guru-guru SD kami waktu itu semua orang Papua (daerah setempat), tetapi tidak seorang pun yang berbahasa daerah di dalam kelas. Jangankan mengajarkan Bahasa Daerah Papua, menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan di Papua-pun tidak diizinkan atau sengaja disingkirkan.
  • Sekarang Anda mau tahu apa yang terjadi di Jawa, yaitu tempat penjajah Anda?
    Pengajaran bahasa Jawa sudah dimulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) bahkan sampai di Perguruan Tinggi (PT) pun masih ada dosen yang mengajar dalam Bahasa Jawa, walaupun mereka tahu bahwa mahasiswa mereka tidak semuanya orang Jawa. Bahkan bilamana mahasiswa non-Jawa memprotes karena tidak mengerti apa yang diterangkan dosen mereka dalam bahasa Jawa, para mahasiswa Papua justru dipaksakan untuk belajar bahasa Jawa.

    Kalau orang Papua berbahasa daerah, kami biasa ditertawakan dengan alasan masih ketinggalan jaman. Kalau kami tidak fasih berbahasa Indonesia kami dianggap kuno dan dasar anak Koteka. (Kami mulai belajar Bahasa Indonesia sejak tahun 1980. Sudah 20 tahun kami berbahasa Indonesia dan hasilnya Anda bisa lihat tulisan ini).
  • Apakah ini berarti pengembangan atau penghancuran jati diri kami sebagai orang Papua?
    Lebih parah lagi, generasi setelah generasi kami sudah tidak bisa berbahasa daerah lagi. Mereka bisa mengerti I00% dalam bahasa daerah, tetapi mereka tidak bisa membalas (100% tidak bisa) dalam bahasa daerah mereka. Waktu tahun 1980-1994, kami punya teman orang Sentani, arang Biak, orang Numbay. arang Sorong dan orang Manokwari. Ada yang seumur dengan kami, ada yang lebih tua dari kami. Mereka semua (TIDAK BISA BICARA BAHASA DAERAH). Ada yang tidak bisa mengerti dan tidak bisa berbicara bahasa daerah mereka. Tetapi mereka masih menyebut dirinya: Kami orang Biak! Kami orang Sentani! Kami orang Sorang!, dan lainnya.

Suatu bangsa dikenal oleh bahasanya.
Ingat bahwa: Bahasa adalah kekuatan bangsa. Kalau begitu bagaimana dengan orang yang bilang: Saya orang Papua!" tetapi tidak pernah berbahasa Papua?
Inilah hasil perusakan budaya Papua oleh kaum penjajah, usaha dasar untuk menghilangkan identitas bangsa Papua secara sistematis.

CONTOH KEDUA: Konstruksi/Pembangunan prasarana transportasi

Jalan Raya dan lapangan terbang. Kondisi geografis tanah West Papua penuh dengan hutan dan gunung-gunung dan sulit sekali dijangkau oleh aparat pemerintah untuk memerintah rakyat Papua Misalnya, kalau terjadi gejolak sosial di suatu tempat, sulit sekali bagi pemerintah mengamankan gejolak yang terjadi dalam waktu singkat Karena itu perlu dibangun jalan-jalan raya dan lapangan terbang. Prasarana transportasi ini membantu TNI dan Polri untuk mendrop senjata dan mendrop pasukan masuk ke kampung-kampung untuk membunuh orang Papua. Ingat saja dari pengalaman Anda. Waktu perang terjadi di Paniai tahun 1969. Wamena Barat tahun 1977, Bonggo tahun 200l dan beberapa kali di Arso.

Apa yang digunakan Indonesia untuk membunuh orang Papua?

Mereka terbangkan pasukan sapu bersih dan mendarat di lapangan terbang yang orang Papua sendiri bikin dalam rangka membantu pekerjaan misionaris Kristen.

Jadi, sebenarnya pembangunan lapangan terbang yang disponsori misionaris itu adalah sebuah tindakan bunuh diri dari rakyat Papua karena kami sendiri sudah buka pintu bagi TNI dan Polri untuk masuk dan bunuh kita.

Sekarang jalan raya Jayapura ke Wamena dan ke Merauke sudah dibangun.

Apa gunanya?

Supaya pasukan TNI dan Polri bisa patroli di wilayah perbatasan RI-PNG dengan truk-truk pasukan dan mobil sehingga tidak terlalu sulit mengontrol dan membunuh rakyat Papua. Supaya orang-orang di sepanjang Numbay Wamena itu bisa dikontrol dan dibunuh dengan mudah, karena bisa dikejar masuk dengan jalan raya baru tinggal lompat keluar dan tembak mati.

Itulah tujuan pembangunan prasarana transportasi, bukan untuk mengembangkan Papua. Karena itu, kita harus perhatikan prasarana transportasi secara baik. Lalu hitung untung-ruginya dengan akal sehat. Jangan bunuh diri. Jangan jadi pencuri dan ditipu. Karena itu. Gubernur, Bupati dan Camat orang Papua harus pintar. Karena itu. jangan sampai ada orang Papua yang minta-minta ke Indonesia untuk bikin jalan masuk ke desa-desanya. Itu bunuh diri namanya. Kalau tidak itu sebuah kebodohan.
Jangan sampai ada orang Papua yang senang melihat gubernurnya atau bupatinya atau camatnya bikin rencana untuk membangun jalan raya secara besar-besaran, yang akibatnya menggundul hutan-rimba dan membunuh semua makhluk yang hidup dengan dan tidak dapat dipisahkan dari hidupnya.
Selain jalan raya yang dibangun itu memudahkan pembasmian orang Papua, lebih penting lagi dengan membangun jalan raya itu. ada makhluk lain yang dirugikan. Ingat, hewan-hewan dan makhluk lain yang tinggal dengan aman di hutan rimba (yaitu rumah mereka sendiri) terusir jauh dari hutan mereka. Malahan sudah ada tukang buru burung yang ke sana ke mari dan tangkap burung terlindung juga secara liar. Jadi, binatang yang ada juga diganggu. Malahan sudah ada pengusaha hutan yang mencari kulit kayu gaharu, dan pemegang HPH yang menebang kayu sembarang. Dan lebih heran lagi, konan para pencari kayu gaharu dan pengusaha hutan di West Papua kebanyakan berasal dari TNI/Polri, khususnya Kopassus.

Bukan itu saja, ingat "saat jalan raya dibangun, banyak pohon- pohon yang ditebang". Jangan lupa bahwa waktu pembangunan jalan raya di West Papua, pemerintah Indonesia sering memberikan hak kepada orang asing untuk menebang kayu dan membawa keluar pohon-pohon sekitar jalan raya yang dibangun secara gratis. Jadi, mereka datang hanya untuk (menghancurkan apa yang ada dan membawa pergi apa yang ada). Yang (ditinggalkan adalah kerusakan) hutan dan lingkungan hidup yang sudah harmonis, asli alias alamiah.

Di samping hutan dan hewan yang dihancurkan, ada lebih besar lagi yang terjadi, yaitu penghancuran tanah dan mempercepat proses global warming dan climate change. Pohon-pohon dan habitat alami yang ada membantu mendinginkan bumi. tetapi waktu banyak pohon ditebang. bumi ini semakin panas. Kalau bumi panas. maka orang-orang pertama yang akan mati akibat panas adalah orang Papua, karena kita ada tepat di garis khatulistiwa, yaitu garis dimana matahari lewat. Tetapi orang barat tidak butuh Anda, tidak peduli Anda, yang mereka cari adalah uang dan bahan mentah yang ada di West Papua, sehingga mereka pakai alasan membangun jalan raya untuk menebang kayu.?

Global warming (pemanasan bumi) ini menyebabkan climate change (perubahan iklim), yaitu perubahan iklim dunia. Dulunya di beberapa negara Eropa punya salju tebal waktu musim dingin, dan waktu musim panas, panasnya sangat sedikit. Tetapi sekarang kalau musim panas hampir sama saja dengan panasnya Papua. Dan saljunya tidak setebal sebelumnya. Lihat saja salju di Tembagapura, yang terkenal di dunia dengan salju abadi atau glaciers sudah terkikis habis akibat Exploitasi dan bukan pengembangan seperti klaim mereka.
  • Kalau mereka sedang mengembangkan Timika, mengapa banyak sungai menjadi kabur di sana, mengapa banyak pohon-pohon menjadi kering, mengapa lapisan salju abadi menipis?
  • Kalau bukan akibat dari exploitasi atas nama pembangunan, apa lagi?

    Ingatlah bahwa pembangunan jalan raya itu tidak sekedar menebang kayu dan menghancurkan tanah, tetapi setelah itu tanah yang sudah ada digali. jembatan dibangun, dan jalan raya itu diaspal.
  • Apakah anda tahu panasnya aspal?

    Bayangkan kalau jalan sepanjang Jayapura-Wamena itu diaspal. Bukan di situ saja. Setelah jalan itu ada, perlu ada (kendaraan untuk membawa orang ke sana-kemari). Dan (mobil itu menggunakan bahan bakar) solar. Ingat berapa besar panas yang dihasilkan oleh mesin mobil. Juga pembakaran itu mengeluarkan asap kotor ke udara. Keduanya mempercepat proses pemanasan bumi dan akibatnya lapisan ozone menipis dan atau lubang pembendung terik matahari membesar. Dengan demikian, bumi kita akan semakin panas dan akan semakin tidak bisa dihuni semua makhluk yang pernah ada di planet bumi.

    Mobil dibuat dari (bahan yang membantu memanaskan alam semesta). Tidak ada mobil yang kalau kena panas dia menyejukkan seperti sebuah pohon. Lagi pula, ingat mobil itu butuh roda atau ban. Kalau ban itu ditarik dengan mobil sepanjang jalan Numbay- Wamena, (ban itu akan memanas dan akan membantu memanaskan bumi kita). Dengan demikian, Papua l00 tahun ke depan tidak akan lagi sesejuk Papua sekarang. tetapi akan menjadi tempat terpanas di dunia, dan manusia yang ada di pulau itu akan tersiksa.
  • Itukah yang Anda cari?
  • Apakah ini pengembangan atau perusakan?
    Dengan kata lain, penebangan kayu dan pembangunan jalan raya merupakan tindakan pembunuhan rakyat Papua dalam jangka panjang dan pembunuhan bumi kita pula;
  • Siapa yang rela hal ini terjadi?
  • Siapa yang sebodoh itu merencanakan dan membiarkannya terjadi?

CONTOH KETIGA: Pembangunan Gedung-gedung Besar

Pembangunan gedung-gedung besar merupakan bentuk lain dari usaha pembangunan Indonesia. Yang harus kita perhatikan adalah:
"Mengapa dana lebih banyak habis untuk membangun gedung- gedung dari pada membangun manusianya?"
Secara politis, keuntungan yang diperoleh penjajah Indonesia adalah bahwa dengan pelaksanaan pembangunan gedung-gedung itu biasanya banyak uang yang tersisa atau banyak uang yang bisa dimanipulasi. Misalnya biaya kontrak menurut spesifikasi teknis bangunan berjumlah Rp I Milyar. Tetapi dalam pelaksanaannya bisa saja hanya Rp 500 juta yang dipakai dan Rp 500 juta lainnya bisa dikantongi kontraktor dan mereka yang punya tangan dalam jalur keuangan proyek dimaksud.

Kalau kita bandingkan dengan gedung-gedung di luar negeri. khususnya di Eropa, kita akan heran bahwa Kantor Bupati sama saja ukurannya dengan rumah rakyat biasa. Kita akan heran bahwa Kantor Bank sama saja dengan Kantor Polisi. Tidak ada yang lebih besar atau lebih istimewa. Semuanya berukuran kecil dan dibangun secara sederhana.

Alasan berikutnya kalau kolonial Indonesia membangun gedung gedung maka secara politis bisa dikontrol. Kalau seandainya Indonesia membangun manusianya, maka ada bahayanya bahwa semakin orang Papua belajar di pendidikan tinggi, semakin kuat perlawanan rakyat Papua. Karena itu, lebih baik mereka hiasi isu pembangunan dengan gedung-gedung toh, dan pengembangan manusia Papua dikesampingkan entah sengaja atau tidak sengaja. Dengan demikian, kalau negara-negara donor yang membantu pembangunan Indonesia bertanya, maka mereka akan tunjukkan biaya yang besar sekali dihabiskan untuk membangun West Papua. Dan, dunia luar akan diam karena mereka melihat banyak jumlah uang yang dihabiskan di West Papua. Dengan kata lain. pembangunan gedung-gedung lebih menguntungkan Indonesia, sedangkan pembangunan manusia Papua lebih menguntungkan orang Papua. karena itu kolonial Indonesia memilih apa yang menguntungkan dia.
Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)
3 Seri buku Papua Menggugat: Politik Otonomisasi NKRI di Papua, ditulis Prof.Dr. Sem Karoba dkk.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dampak lingkungan atas pembangunan gedung-gedung itu. Ingat bahwa bahan bangunan seperti semen adalah cocok untuk dipakai di wilayah dingin seperti di Eropa atau Papua pegunungan. Orang Eropa menemukan semen untuk memanaskan rumah mereka. Tetapi hanya demi uang. di tempat- tempat panas seperti Papua-pun ramai-ramai dibangun gedung- gedung dengan semen dan atapnya zenk. Dalam kaitannya dengan global warming tadi. pembangunan gedung-gedung besar menggunakan zenk dan semen membantu pemanasan bumi dan untuk jangka panjang sangat merugikan rakyat Papua.

Kemudian untuk membangun sebuah gedung. kita perlu tebang kayu, bersihkan alam yang sudah ada, gali tanah, perlu semen, perlu zenk, dan hal-hal yang sebagian besar merusak alam dan bumi kita.

Dan secara ekonomis, bahan-bahan ini semua harus dibawa masuk dari luar Papua. Jadi, uang pembangunan (konstruksi) di West Papua itu hanya untuk dikembalikan ke luar Papua, tidak mengendap di sana untuk kepentingan perekonomian orang Papua. Ini perlu diperhatikan oleh orang Papua agar tidak terjebak dengan isu-isu yang tidak benar. yaitu bahwa pembangunan gedung-gedung yang besar-besar itu penting bagi pembangunan rakyat Papua. Itu omong kosong.

CONTOH KEEMPAT: Pemekaran Wilayah

Ada orang Papua, khususnya di Numbay dan Merauke yang dengan hebatnya meminta supaya wilayah mereka diberi Provinsi. termasuk Jaap Solossa menuntut supaya provinsi Papua dibagi menjadi tiga Papua Timur, West Papua dan Papua Tengah. Mereka mengira bahwa dengan mendapatkan provinsi sendiri, mereka akan lebih maju dan lupa bahwa minta provinsi sendiri itu adalah satu paket dengan Otsus Il yang sudah diluncurkan. Karena itu tidak perlu minta lagi, itu kebodohan orang Papua sendiri dan yang rugi adalah orang Papua sendiri.

Tindakan memotong satu provinsi menjadi tiga bukan sebuah tindakan membangun. Itu sama dan Inggris yang tanpa izin orang Papua sudah bagi satu pulau Papua menjadi Papua Timur dan West Papua. Sama juga dengan orang Eropa yang memotong-motong benua hitam Afrika menjadi negara-negara yang batas-batasnya tidak keruan. sesuai dengan perhitungan kepentingan mereka, yaitu untuk mencari makan di sana. Pada dasarnya tindakan membagi apa yang sudah satu itu tindakan merusak dan jelas-jelas bukan membangun. Setengah Barat pulau Papua yang masih satu dan kuat itu mau dibagi lagi, ini tindakan merusak. saja dengan tindakan kolonial Belanda.

Dampaknya, Papua akan punya tiga kali lipat pasukan TNI dan Polri, tiga kali lipat Pangdam dan Polda, tiga kali lipat arang Indonesia di posisi-posisi penting pegawai di West Papua, tiga kali lipat Indonesia menjajah, merusak dan membunuh orang Papua.
Itu logika sehat.
Sama halnya kalau sebuah kabupaten dibagi, atau sebuah kecamatan dibagi. Sekarang Anda lihat bahwa Armada Angkatan Laut sudah dibangun di Indonesia Timur ditambah lagi basis Angkatan Udara di Biak. Alasannya karena pembangunan di Indonesia Timur perlu dipercepat. Alasannya karena wilayah Papua sudah dimintakan untuk dimekarkan. jadi untuk mengamankan aset pembangunan yang ada. perlu pengamanan yang baik.

Selain itu, pembagian provinsi menjadi tiga adalah usaha devide et impera [konflik horizontal] teori Machiavelli yang sudah kuno tetapi masih dipakai dan mapan dalam politik dunia sampai hari ini. Pada intinya Machiavelli berteori bahwa kalau Anda mau menguasai dan menjajah sebuah bangsa, hal pertama yang harus Anda perbuat adalah membagi mereka, mengkotak-kotakkan mereka. Setelah mereka terbagi dalam kotak-kotak kecil, maka Anda dapat menguasai mereka.

(Baca ini: Dialog Jakarta-Papua Agenda Menghancurkan ULMWP Dan Dukungan Internasional)

Politik adu domba itu dapat dilakukan secara mental maupun secara fisik. (Pembagian provinsi adalah tindakan secara fisik untuk menguasai Papua). Maka itu orang Papua yang mendukung atau meminta pembagian wilayah Papua menjadi tiga provinsi adalah orang yang sama persis dengan mereka yang meminta agar Otsus diberlakukan di tanah Papua. Mereka adalah penghianat bangsa Papua dan mereka tidak akan terlupakan dalam sejarah bangsa Papua atas kejahatan politik mereka.

Sedangkan adu-domba secara mental (psikologis) adalah dengan cara seperti;
  • Mempertetangkan ide Otonomisasi sebagai hal yang bertolak- belakang dengan Papua Merdeka. Yaitu bahwa kalau menerima Otsus berarti Papua tidak merdeka dan kalau menolak berarti Papua mau merdeka.
  • Mempengaruhi para camat, bupati dan pejabat di pemerintahan koloni Indonesia bahwa "Kamu akan jadi Bupati, kamu akan jadi Gubernur kalau ada pemekaran provinsi Papua atau kalau ada pemekaran kabupaten dan kecamatan.
  • Mempengaruhi orang-orang pendatang di West Papua bahwa orang Papua mau membunuh mereka sehingga perlu ada persiapan-persiapan agar bisa melawan orang Papua. Dengan demikian tercipta kehidupan yang saling mencurigai dan tidak sejahtera antara penduduk pribumi dan non-pribumi di Papus Barat. Dengan cara itu, mereka mau membagi-bagi orang Papua dan menguasai West Papua.
______(bersambung)______

Baca juga ⤵️:
www.facebook.com/396357444077782/posts/947680448945476
"Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah" (Amsal 27: 5-6).
___
Karoba 2004-2005 | Hal. 6 - 28


Posted by: Admin
Copyright ©Oleh. fb (Bazoka Logo"sumber"
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com


Sobat baru saja selesai membaca :

Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1)

Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1) dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.

Telah selesai dibaca: Politik Otonomisasi NKRI di Papua (bagian 1) link yang gunakan: http://cepotpost.blogspot.com/2020/04/politik-otonomisasi-nkri-di-papua.html

Subscribe to receive free email updates: