Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan

Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan - Hai Apa kabar Sobat pembaca CEPOT POST?, Cepot harap kabar Sobat baik-baik saja dan tak kurang suatu apa ya.. hehehe.. di kesempatan yang baik ini kita akan mengupas post dengan judul: Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan, dan sepertinya post kali ini layak dimasukan dalam kategori Artikel Berita, Artikel Indonesia Timur, Artikel Irian Jaya, Artikel Kabar, Artikel Papua, Artikel Update, Nah biar gak kelamaan, yuk langsung kita simak saja.

Judul : Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan
link : Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan

Baca juga


Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan

Ilustrasi perubahan iklim.
Jakarta -- Aktivitas manusia hingga saat ini diperkirakan telah menyebabkan kenaikan suhu global sekitar 1,0 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, berkisar di antara 0,8 hingga 1,2 derajat Celsius. Dan jika terus dibiarkan, pemanasan global akan mencapai 1,5 derajat Celsius pada 2030, di mana kiamat karena iklim (bencana katrastopik) yang berupa panas ektrim, kekeringan, dan banjir, akan mulai mengancam nyawa ratusan juta manusia.

'Laporan Khusus tentang Pemanasan Global 1,5 Derajat Celsius' telah disetujui oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim --suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia bentukan PBB-- pada Sabtu (6/10) di Incheon, Korea Selatan.

“Dengan lebih dari 6.000 referensi ilmiah dan sumbangan khusus dari ribuan ahli dan pakar pemerintah di seluruh dunia, laporan penting ini memberi kesaksian tentang relevansi dan luasnya kebijakan IPCC,” kata Ketua IPCC, Hoesung Lee, dalam siaran pers yang diterima Award News, Senin (8/10).

Sembilan puluh satu penulis dan editor dari 40 negara menyiapkan laporan IPCC sebagai tanggapan atas undangan dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) setelah mengadopsi 'Perjanjian Paris' pada tahun 2015.

"Ini adalah garis di pasir yang mengatakan kepada spesies kita bahwa saat ini adalah momen untuk bertindak sekarang," kata Debra Roberts, Wakil Ketua Kelompok Kerja tentang Dampak Perubahan Iklim.
Ini adalah lonceng clarion terbesar dari komunitas sains dan saya berharap bisa memobilisasi orang dan menyudutkan perasaan tenang-tenang saja. 
- Debra Roberts, Wakil Ketua Kelompok Kerja tentang Dampak Perubahan Iklim IPCC
Setelah kesepakatan Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim, anehnya, hubungan antara saintis dan politik justru memburuk. Donald Trump telah berjanji untuk menarik AS --sumber terbesar emisi historis dunia-- dari kesepakatan itu.

Putaran pertama pemilihan presiden Brasil pada hari Minggu lalu juga menempatkan Jair Bolsonaro ke posisi yang kuat untuk melakukan ancamannya untuk melakukan hal yang sama dan juga membuka hutan hujan Amazon untuk agribisnis.

Di sisi lain, dilaporkan berbagai bencana iklim dari seluruh dunia seperti puncak musim panas di Eropa yang jauh lebih ekstrem dari sebelum-sebelumnya, angin topan dahsyat di AS, kekeringan di Cape Town, dan kebakaran hutan di Arktik.

Dalam laporannya, IPCC memperjelas bahwa perubahan iklim telah terjadi dan meningkatkan peringatan risikonya dari laporan sebelumnya, serta memperingatkan bahwa setiap proses penambahan pemanasan global akan memperburuk dampaknya. .

Nama lengkap laporan itu adalah 'Global Warming of 1.5°C, an IPCC special report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty'.

“Satu pesan kunci yang sangat kuat dari laporan ini adalah kita akan segera melihat konsekuensi dari pemanasan global melalui cuaca yang lebih ektrem, naiknya permukaan air laut, dan melelehnya es laut Arktik, di antara perubahan lainnya,” kata Wakil Kepala Kelompok Kerja I IPCC Panmao Zhai.
Satu pesan kunci yang sangat kuat dari laporan ini adalah kita akan segera melihat konsekuensi dari pemanasan global melalui cuaca yang lebih ektrem, naiknya permukaan air laut, dan melelehnya es laut Arktik, di antara perubahan lainnya. 
- Panmao Zhai, Wakil Kepala Kelompok Kerja I IPCC
Laporan ini menemukan bahwa membatasi pemanasan global hanya pada batas 1,5 derajat Celsius akan membutuhkan langkah cepat dan jangkauan jauh untuk segera melakukan transisi di darat, energi, industri, bangunan, transportasi, dan kota.

Dengan melakukan langkah dari sekarang dan membatasi 1,5 derajat Celsius di 2030 berarti membutuhkan penurunan karbon dioksiada sekitar 45 persen dari level 2010 pada 2030, sehingga mencapai ‘nol bersih’ sekitar 2050. Ini berarti bahwa semua emisi yang tersisa perlu diimbangi dengan menghilangkan CO2 dari udara.

“Membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius adalah mungkin dalam hukum kimia dan fisika, tetapi agar itu terjadi kita membutuhkan langkah perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Jim Skea, Co-Chair IPCC Working Group III.

Membiarkan suhu global untuk sementara melebihi 1,5 derajat Celsius akan berarti lebih besar ketergantungan pada teknik yang menghilangkan CO2 dari udara untuk mengembalikan suhu global ke bawah 1,5 derajat Celsius pada 2100.

Padahal, efektivitas teknik-teknik seperti itu belum terbukti dalam skala besar dan beberapa mungkin membawa resiko sangat besar.

“Membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius dibandingkan dengan 2 derajat Celsius akan mengurangi dampak yang menantang ekosistem, kesehatan manusia dan kesejahteraan, membuatnya lebih mudah untuk mencapai 'Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa',” kata Priyardarshi Shukla, Wakil Ketua Kelompok Kerja III.
Membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius adalah mungkin dalam hukum kimia dan fisika, tetapi agar itu terjadi kita membutuhkan langkah perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 
- Jim Skea, Co-Chair IPCC Working Group III
Pada proposisi 1,5 derajat Celsius proporsi populasi global terkena tekanan kekurangan air maupun banjir bisa 50% lebih rendah dari pada 2 derajat Celsius. Kelangkaan pangan akan menjadi masalah yang kurang dan ratusan juta lebih sedikit orang, terutama di negara-negara miskin, akan menghadapi risiko kemiskinan terkait iklim.

Pada 2 derajat Celsius hari yang sangat panas, seperti yang dialami di belahan bumi utara musim panas ini, akan menjadi lebih parah dan umum, meningkatkan kematian terkait panas dan menyebabkan lebih banyak kebakaran hutan.
Ilustrasi Kiamat.
Tetapi perbedaan terbesar adalah alam. Serangga, yang penting untuk penyerbukan tanaman, dan tanaman hampir dua kali lebih mungkin kehilangan setengah habitat mereka di 2 derajat Celsius dibandingkan dengan 1,5 derajat Celsius.

Lihat ini: Ketua ULMWP akan Naik Banding ke PIF untuk Mendapat Dukungan

Karang 99 persen akan hilang pada suhu yang lebih tinggi dari dua derajat tetapi lebih dari 10% memiliki peluang untuk bertahan jika target yang lebih rendah tercapai. Dari beberapa proposisi yang dikemukan kelompok kerja, keputusan IPCC pada Sabtu (6/10) lalu di Korea dianggap sangat penting dalam memastikan dunia yang aman dan berkelanjutan untuk semua orang, baik sekarang dan di masa depan.

“Laporan ini memberi para pembuat kebijakan dan praktisi informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan mengatasi perubahan iklim sambil mempertimbangkan konteks dan kebutuhan lokal,” kata Wakil Ketua Kelompok Kerja II IPCC, Debra Roberts.

"Beberapa tahun ke depan mungkin adalah yang paling penting dalam sejarah kita."Wakil Ketua Kelompok Kerja II IPCC, Debra Roberts.
Beberapa tahun ke depan mungkin adalah yang paling penting dalam sejarah kita. 
- Debra Roberts, Wakil Ketua Kelompok Kerja II IPCC
IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP), untuk mengevaluasi risiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia, dengan meneliti semua aspek berdasarkan pada literatur teknis/ilmiah yang telah dikaji dan dipublikasikan.

Panel ini terbuka untuk semua anggota WMO dan UNEP. Adapun laporan di Incheon, Korea Selatan, yang disepakati Sabtu (6/10) lalu disiapkan di bawah kepemimpinan ilmiah dari ketiga kelompok kerja IPCC.

Kelompok Kerja I menilai dasar ilmu fisik dari perubahan iklim; Kelompok II bekerja untuk dampak, adaptasi, dan kerentanan; dan Kelompok III membahas mitigasi perubahan iklim.

Baca ini:
  1. Sekjen PBB: Perubahan Iklim Bergerak Lebih Cepat dari Tindakan Kita
  2. Perubahan Iklim Menjadi Agenda Pada Puncak Pertemuan PIF

Copyright ©Kumparan "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com


Sobat baru saja selesai membaca :

Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan

Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.

Telah selesai dibaca: Riset Iklim PBB: 2030 Menuju Kiamat Jika Pemanasan Global Dibiarkan link yang gunakan: http://cepotpost.blogspot.com/2018/10/riset-iklim-pbb-2030-menuju-kiamat-jika.html

Subscribe to receive free email updates: