Judul : Hajar Aswad Dan Personal Brand Muhammad "Al Amin"
link : Hajar Aswad Dan Personal Brand Muhammad "Al Amin"
Hajar Aswad Dan Personal Brand Muhammad "Al Amin"
Personal branding bukanlah rekayasa kepribadian, tetapi sebuah aktivasi untuk meletupkan keunikan yang dimiliki seseorang.
Sepuluh tahun terakhir istilah branding menjadi bahan pembicaraan di Indonesia, persisnya saat event politik berlangsung. Sebelumnya branding hanya dikenal familiar pada produk komersial, tapi sekarang sudah merambah ke dunia politik. Ketika masuk dalam politik inilah, publik mulai melihat sinis perial pencitraan atau branding. Personal branding dipersepsikan sebagai sebuah upaya rekayasa kepribadian, padahal makna sesungguhnya bukanlah itu.
Branding adalah sebuah proses aktivasi untuk menguatkan brand itu sendiri. Artinya jika personal yang akan dibranding maka ada proses penguatan pada personal seseorang, tapi bukan merekayasa kepribadian. Ini yang menjadi catatan penting. Sekadar mengingatkan, brand dalam ilmiahnya sebagaimana diungkapkan Philip Kotler, seseorang yang mendapat julukan Bapak Pemasaran Dunia, mengatakan bahwa brand adalah simbol, merek, nama, logo, istilah atau penggabungan dari semua itu.
Termasuk personality seseorang itu juga bisa dikatakan sebagai sebuah brand atau merek. Sementara branding sendiri adalah sebuah proses penguatan brand. Jadi agar citra diri Anda lebih kuat di mata publik maka harus melakukan personal branding. Tentang bagaimana melakukan aktivasi branding saya akan jelaskan pada bab berikutnya.
Pointernya adalah bahwa siapapun Anda, profesi apapun yang Anda geluti maka membranding diri itu bagian dari upaya yang positif. Mengapa harus melakukan branding, pertama adalah untuk membedakan diri kita dengan orang lain dan kedua memudahkan orang lain mengenali diri kita sehinga identitas personality kita dikenal oleh publik lebih luas.
Kurang lebih lima tahun saya konsen membaca, menulis dan mengamati perihal brand dan branding, saya mulai terusik sebuah pertanyaan, apakah dalam Islam memiliki referensi perihal ilmu sosial ini? Pertanyaan ini lalu mengingatkan saya akan sebuah kisah Nabi Muhammad SAW. Manusia yang hidup beberapa abad lalu.
Kenapa dalam fikiran saya muncul pertanyaan itu? Karena telinga saya sering mendengar bahwa Islam berikut Al Qur;an, para nabi adalah rakhmat bagi alam semesta.
”Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs Al-Naml [27]: 77)
“Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qs Al-Anbiya [21]: 107)
Dua ayat di atas sering saya dengar dan baca dalam Al Qur'an. Mungkin masih banyak lagi ayat yang bicara perihak rakhmatlil alamin. Tak hanya ayat tersebut, dalam kisah Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai Qur;an berjalan juga mensyiratkan bahwa semua aktivitas kehidupan sosial manusia tercermin dalam kehidupan Nabi Muhammad saw termasuk urusan ilmu pengetahuan.
Sebagai mantan jurnalis, dimana rasa penasaran, selalu ingin tahu dan selalu bertanya mendarah daging dalam diri saya maka hal serupa pun saya sering menanyakan terkait aktivitas dan konsentrasi saya yaitu soal imaje building, pencitraan, propaganda, negosiasi, dan branding.
Apakah selama hidupnya Nabi Muhammad melakukan citra diri atau membranding personalitynya? Dalam konteks ilmiah saya penasaran dan mengejar terus jawaban itu. Sampai suatu saat saya teringat dalam sebuah kisah Nabi Muhammad saw yang sering saya dengar sejak kecil, yaitu Muhammad Al Amin, Muhammad Orang yang Dipercaya.
Brand ini berkecamuk dalam fikiran saya sehingga jadilah tulisan ini. Muhammad "Al Amin" menurut saya ini sebuah personal brand yang luar biasa dan tagline Al Amin pun menjadi kata yang luar biasa. Pertama, secara teoritis tagline "Al Amin" telah memenuhi unsur tentang bagaimana membuat tagline yang mudah diingat, singkat, jelas, tidak bercabang dan mudah dimengerti. Dan yang paling penting tagline itu original.
Membuat tagline yang sempurna dan ngeklik tidaklah mudah. Pengalaman saya beberapa kali membantu orang untuk membuatkan tagline pun mengalami kesulitan. Artinya, tagline yang betul - betul secara teoritis seperti saya jelaskan di atas, singkat, jelas, original, tidak lebih dari tiga kata dan mudah dimengerti serta gampang diingat dan mengandung filosofis yang dalam sekali.
Personal brand Muhammad yang ada beberapa abad lamanya itu, ternyata didopsi dan menjadi rujukan perusahaan raksasa kelas dunia. Dan menurut saya ini luar biasa! Kita mengenal sejumlah produk dengan tagline yang singkat dan penuh filosofis. Beberapa diantaranya, yaitu Nike "Jus Do It, Nokia "Conecting People", LG "Life's Good", Apple "Think Different", Reebok "I am What I Am", McDonalds " I'M Lovin It", Soni "Make Believe", Google "Don't Be Evil", Adidas ", Adidas "Impossible is Nothing" dan masih banyak lagi contoh - contohnya.
Atau dalam brand personal kita mengenal Yes We Can, tagline ini dimiliki Barack Obama saat mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat pada periode pertama lalu dilanjut dengan tagline "Foward" pada periode kedua. Di Indonesia kita pun mengenal tagline "Jokowi Adalah Kita", Soetrisno Bachir "Hidup Adalah Perbuatan" dan SBY pun sama yaitu "Lanjutkan".
Saya ingin mengajak Anda merenung dan berfikir lebih dalam. Apa yang dilakukan manusia abad sekarang ini ternyata sudah pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Muhammad "Al Amin", sebuah personal brand yang menjadi khazanah baru ketika itu dan orang saat itu tak tahu tentang betapa dahsyatnya saat Muhammad mendapat brand sebagai Al Amin. Bahkan dunia ketika itu masih buta soal teori ini, tapi Muhammad sudah melakukan hal itu, luar biasa!
Muhammad "Al Amin" bukan sekadar kata yang tanpa makna, tetapi sebuah tagline yang di dalamnya mengandung makna dalam bagi publik ketika itu. Tagline ini muncul dari sebuah fenomena dan peristiwa bersejarah dimasa kehidupan Muhammad saw sebelum menjadi Nabi, ini perlu saya tegaskan personal brand ini justru lahir saat Muhammad belum menjadi nabi.
Personal brand Muhammad "Al Amin" terjadi saat ia berusia 30 tahun dan belum menjadi Rasulullah. Ia menjadi nabi saat usia 40 tahun, jadi Muhammad telah memiliki personal brand 10 tahun sebelum ia diangkat menjadi nabi. Personal brand ini mulai ramai diperbincangkan oleh publik saat ia memberikan jalan keluar terhadap suku Qurais yang berselisih siapa yang lebih berhak meletakan batu Hajar Aswad di Ka'bah.
Suasana ketika itu menegangkan karena hampir terjadi pertumpahan darah diantaranya mereka. Bani Abdul Ad-Dar mendekatkan bejana berisi darah, kemudian mereka bersama Bani Adi Ka’ab bin Luai bersumpah untuk siap mati. Maka kondisi menegangkan itu berlangsung hingga beberapa hari.
Beruntung ada salah satu tokoh paling sepuh di antara mereka yang bernama Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi yang bijak mencarikan jalan keluar dari perselisihan tersebut.
Ia menyarankan agar orang yang meletakan batu Hajar Aswad kali pertama adalah dia yang pertama masuk masjid. Abu Umayyah dan tokoh Quraisy inilah yang secara tidak sadar menjadi marketter melalui strategi Word of Mouth (dari mulut ke mulut) tentang personal brand Muhammad ketika itu.
Ia menyarankan agar orang yang meletakan batu Hajar Aswad kali pertama adalah dia yang pertama masuk masjid. Abu Umayyah dan tokoh Quraisy inilah yang secara tidak sadar menjadi marketter melalui strategi Word of Mouth (dari mulut ke mulut) tentang personal brand Muhammad ketika itu.
Perlu Anda ketahui, satu - satunya strategi marketing yang paling ampuh dan akan dipakai sepanjang masa adalah strategi Word of Mouth.
Dan kini produk - produk ternama menggunakan cara ini, salah satunya adalah Philips. Mereka membuat jalur khusus untuk mengaplikasikan strategi ini melalui website khusus, semua isinya tentang cerita orang atau konsumen saat menggunakan produk merek philips.
Dan kini produk - produk ternama menggunakan cara ini, salah satunya adalah Philips. Mereka membuat jalur khusus untuk mengaplikasikan strategi ini melalui website khusus, semua isinya tentang cerita orang atau konsumen saat menggunakan produk merek philips.
Kembali ke cerita Muhammad, para tokoh suku Qurais pun setuju dengan ide tersebut dan akhirnya mereka menunggu. Tak lama kemudian, Muhammad pun datang dan dialah yang kali pertama masuk masjid tersebut sampai akhirnya Muhammad diberi penghargaan sebagai orang yang meletakan pertama kali baju Hajar Aswad.
Meski pada akhirnya Muhammad membuat semuanya lega karena ia menggunakan kain sehingga batu tersebut bisa diangkat bersama -sama oleh semua suku.
Meski pada akhirnya Muhammad membuat semuanya lega karena ia menggunakan kain sehingga batu tersebut bisa diangkat bersama -sama oleh semua suku.
Ada yang menarik dari peristiwa sebelum akhirnya Hajar Aswad diletakan, yaitu citra diri Muhammad dihadapan publik dan para tokoh Quraisy saat itu. Muhammad ternyata sudah membangun citra diri sejak lama sampai akhirnya citra itu benar - benar dipercaya yaitu Muhammad Al Amin.
Kedua, personal brand Muhammad Al Amin, bukanlah rekayasa. Artinya, personal brand tersebut benar - benar diterapkan dalam aktivasi brandingnya. Seperti yang saya sampaikan bahwa, personal branding bukanlah merekayasa keperibadian, tetapi sebuah proses untuk meletupkan keunikan yang kita miliki dan tidak dimiliki oleh orang lain. Fungsi brand itu sendiri seperti saya jelaskan diatasa adalah sebagai pembeda dengan brand yang lain dan mudah dikenali.
Poin ini yang penting perlu saya sampaikan bahwa personal branding tidak lahir dalam waktu sekejap, tapi butuh proses apa yang disebut dengan aktivasi branding, yaitu sebuah proses untuk menguatkan personal brand seseorang. Muhammad ketika itu telah melakukan proses itu selama bertahun - tahun dengan konsisten bahkan pasca personal brandnya melejit sebagai Al Amin, Muhammad tetap merawat citra diri itu sampai akhir hayatnya.
Jadi, ketika seseorang atau kita ingin membangun citra diri atau melakukan personal branding maka jangan pernah ada dalam fikiran kita kalau brand personal kita akan langsung jadi dalam sehari, bisa setahun, dua tahun bahkan bertahun - tahun. Disinilah peran aktivasi branding menjadi sesuatu hal penting, brand kita harus dikomunikasikan, brand kita harus dirawat, brand kita harus dipupuk dan konsisten dengan brand tersebut.
Ketika personal brand seseorang sudah kuat maka ekuitas brand tersebut akan mengakar dan kalau dalam produk komersial akan mendapatkan konsumen loyal. Seperti itu pula ketika personal brand kita kuat.
Ketika personal brand seseorang sudah kuat maka ekuitas brand tersebut akan mengakar dan kalau dalam produk komersial akan mendapatkan konsumen loyal. Seperti itu pula ketika personal brand kita kuat.
Selesaikan sampai disini Muhammad membangun personal brandnya? Ternyata tidak!. Dari beberapa kisah Nabi Muhammad saw masih banyak teori - teori soal komunikasi pemasaran, propaganda, citra diri, branding, negoisasi dan semua itu justru yang mempopularkan orang - orang eropa yang notebene bukan seorang muslim.
Pada tulisan berikutnya nanti akan saya ulas lagi tentang bagaimana Nabi Muhammad melakukan imaje building untuk dirinya, untuk instutsi baik negara Madinah, Mekkah termasuk untuk Islam dan umat Islam sendiri. Bahkan dalam sebuah kisahnya, Nabi Muhammad saw pun pandai berargumentasi sehingga membuat lawannya tidak berkutik dan tidak punya alasan lagi.
Sobat baru saja selesai membaca :
Hajar Aswad Dan Personal Brand Muhammad "Al Amin"
Cepot rasa sudah cukup pembahasan tentang Hajar Aswad Dan Personal Brand Muhammad "Al Amin" dikesempatan ini, moga saja dapat menambah informasi serta wawasan Sobat semuanya. Wookey, kita ketemu lagi di artikel berikutnya ya?.
Telah selesai dibaca: Hajar Aswad Dan Personal Brand Muhammad "Al Amin" link yang gunakan: http://cepotpost.blogspot.com/2018/10/hajar-aswad-dan-personal-brand-muhammad.html